Sunday 11 December 2011

Sejarah Bambu Runcing

SEJARAH KOTA PARAKAN

Daerah Parakan adalah merupakan salah satu daerah kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung yang berada di wilayah eks Karesidenan Kedu Jawa Tengah. Pada masa kerajaan Islam Demak, setelah Sultan Trenggono meninggal, daerah Kabupaten Temnggung jatuh ketangan Anak lelaki Sultan Trenggono bernama Mas Timur. Dan pada masa ini kota Parakan belum merupakan sebuah tempat pemukiman, yang berarti masih berupa hutan atau tegalan.

Sejalan dengan ini maka kita kaitkan dengan penuturan nnaskah sejarah mengenahi asal usul kota Kendal dan Parakan. Dimulai dengan jengkarnya Pangeran Benowo, Putera Kanjeng Sultan Pajang dari Negerinya. Kemudian Li daf’il fitnah wa sabilil istiqomah, Pangeran Benowo mengembara ke gunung Munggut (sekarang sekitar Desa Pringapus Kec. Klepu Kab. Semarang) sampai dihutan Kendal yang dikawal keempat abdinya masing-masing oleh Kyai Bahu dan Kyai Wiro, sedang yang kedua orang lagi tidak diceritakan namanya.

Selama dihutan itu Pangeran Benowo merasa sejuk hatinya melihat padang yang luas, sedang tanahnya bak dan rata. Hanya sayang ditempat itu tidak ada sungai yang mengalirinya.kemudian Pangeran Bemowo menyampaikan kepada para abdinya mengenahi masalah tidak adanya sungai itu. Lalu para abdi Pangeran Benowo menjawab, sebaiknya kita membuat sungai yang dimaksud Pangeran Benowo itu.

1
 
Dalam hal ini maka Kyai Bahu dan Kyai Wiro lalu mendapat perintah menyudat sungai secepatnya, agar dapat segera mengaliri hutan disekitar itu sehingga dapat menyenangkan hati orang-orang yang  bermaksud ikut tinggal di hutan itu. Kemudian Pangeran Benowo beserta keempat orang abdinya pergi ke sungai Lotud. Ditempat ini mereka menemukan tempat yang agak datar yang dapat memudahkan mengalirnya air. Dengan barokah dan izin-Nya, sungai itu lalu disudat dengan menggunakan tongkatnya, aliran sungai itu kearah timur laut dan sampai ke hutan yang akan dijadikan tempat pemukiman tersebut.
Oleh karena waktu kebetulan waktu Shubuh maka Pangeran Benowo dalam perjalanan itu kemudian berhenti di suatu tempat untuk menunaikan sholat yang sudah yang sudah barang tentu dikumandangkan adzan terlebih dahulu. Seusai sholat, Pangeran Benowo menatakan kepada keempat abdinya, bahwa selama melakukan sholat, beliau telah mendengar suara orang menjawab adzan yang dilakukannya. Suara itu arahnya lurus berada di sebelah timur, lalu Pangeran Benowo menyuruh utuk mencarinya. Setelah dicari di tempat orang menjawab adzan Pangeran Benowo itu, mereka ternyata hanya menemukan tiga buah makam, dimana ketiga makam tersebut sama-sama hanya bertandakan batu biasa, yang mana disebelah barat makam itu terdapat sebuah pohon Kendal yang besar dan berlubang.

Melihat kenyataan itu keempat orang abdi tersebut lalu kembali ketempat Pangeran Benowo dan memberitahukan bahwa disana hanya menjumpai tiga buah makam yang sama-sama bertandakan batu. Mendengar laporan itu, Pangeran Benowo kemudian pergi memriksanya sendiri. Setiba di tempat itu Pangeran Benowo memang benar-benar melihat tiga buah makam yang disebelah baratnya terdapat pohon Kendal yang amat besar dan berlubang. Setelah itu Pangeran Benowo memrintahkan kepada salah seorang abdinya yaitu Kyai Bahu untuk tinggal di tempat itu dan menjadikannya sebagai tempat pemukiman. Desa itu lalu diberi nama desa Kendal, (yang sekarang menjadi Kabupaten Kendal).

Kemudian Pangeran Benowo melanjutkan perjalanannya menuju hutan yang berada di sebelah selatan yang letaknya berdekatan dengan sudatan sungai yang dikawal oleh tiga orang abdinya. Ketika sampai di hutan Tigalayang, Pangeran Benowo berhenti dengan bermaksud untuk bertapa dengan cara mengubur dirinya dalam sebuah lubang. Kemudian ketiga abdinya diperintahkan membuat lubang untuk bertapa. Lalu Pangeran Benowo masuk kedalamnya dan diperintahkan untuk menutupnya kembali.
2
 
 

Setelah lebih sebulan lamanya dalam pertapaan, dua orang bentara utusan dari Panembahan Senopati Mataram, mencarinya dan sampai di hutan Kendal. Tetapi tidak dijumpainya di tempat itu. Kemudian seseorang yang tinggal di hutan itu yang bernama Kyai Jebeng Pagondan, seorang tukang pandai besi, ditemuinya. Pikir mereka, orang inilah Pangeran Benowo yang sedang mereka cari. Mereka lalu menyampaikan surat dan mengatakan, bahwa Pangeran Benowo diundang Kaneng Panembahan. Lalu Kyai Jebeng Pagondan menjawab dalam hatinya, mesti bentara ini keliru, karena bukan dia yang sebenarnya diundang Kanjeng Panembahan. Maka Kyai Jebeng Pagondan menjawab kedua bentara itu "bawalah pulang kembali surat itu, aku tidak mau diundang dan tidak mau mengabdi kepada raja. Lalu kedua orang itupun pulang kembali ke Mataram untuk menghadap Kanjeng Panembahan, dan menyampaikan jawaban Kyai Jebeng Pagondan apa adanya.

Mendengar jawaban tersebut Kanjeng Panembahan mengatakan, kamu berdua telah keliru, bukan orang itu yang kami undang. Lalu kedua bentara itupun diperintahkan lagi unruk mencari di hutan sebelah selatannya. Tetapi disamping itupun diperintahkan untuk mendatangi kembali orang yang menjawab undangan yang keliru tadi.

Kemudian bentara itu diperintahkan membawakan wedung penelasan (pisau raut besar bersarung menghabisi nyawa seseorang) untuk memancung lehernya. Maka seketika itu juga bentara utupun cepat-cepat pergi lagi. Sesampai di hutan pergi lagi. Sesampai di hutan mereka langsung mendatangi tempat kediaman Kyai Jabeng Pagondan. Lalu mereka memberi tahu pada Kyai Jabeng bahwa mereka datang membawa perintah Kanjeng Panembahan untuk membunuhnya, lalu seketika itu juga dibunuhlah Kyai Jabeng Pagondan itu. Adapun jenazahnya dirawat anak muridnya dan dimakamkan disuatu desa yang sehingga desa itu dinamakan desa Pegandon.

3
 
Setelah bentara itu membunuh, mereka pergi kearah selatan hingga sampai di hutan Tigalayang. Disana mereka bertemu dengan tiga orang yang sedang menunggui lubang tempat bertapanya Pangeran Benowo. Bentara itu bertanya kepada tiga orang tersebut, dimana tuan mereka berada, Kyai Wiro menjawab bahwa tuan Pangeran Benowo sedang bertapa dengan cara mengubur dirinya dalam sebuah lubang. Pertapaan itu baru berjalan sebulan lebih empat hari. Kemudian oleh karena pertapaan tuan Pangeran hanya tinggal enam hari maka Kyai Wiro menyarankan kepada bentara itu gar sebaiknya mereka menunggui di tempat pertapaan. Karena menurut perintah tuan Pangeran, jika pertapaannya sudah berlangsung empat puluh hari, mereka disuruh membuka lubang pertapaannya.

Setelah genap empat puluh hari, lubang pertapaan itu dibuka oleh Kyai Wiro. Tetapi setelah dibuka ternyata Pangeran Benowo tidak ada, dan lubang pertapaan itu terjumpai dalam keadaan kosong. Lalu mereka mencari Pangeran Benowo disekitar hutan itu baik ke arah selatan maupun kea rah barat menaiki gunung. Kemudian di sekitar gunung itulah Pangeran Benowo ditemukan dalam keadaan sedang tafakur menghadap kearah barat yaitu di tempat antara dua sungai besar (sungai Brangkongan dan sungai Galeh), mendekat diri kepada Tuhan. Dengan ditemukannya tempat Pangeran Benowo yang sedang mendekatkan diri (jawa ngeparek) kepada Tuhan, maka kemudian daerah itu disebut daerah Parakan. Karena itu beliaulah yang merupakan cikal bakal pembuka daerah kota Parakan. Sedang orang Parakan menyebutnya dengan Simbah Kyai Parak.

Konon ceritanya, setelah para abdi dan bentara itu bersama-sama menyampaikan sembah sujud dihadapannya, mereka lalu ditanya maksud dan tujuannya. Lalu bentara itu mengemukakan, bahwa mereka diperintah Kanjeng Pangeran Panembahan untuk menyampaikan surat untuk Pangeran Benowo. Surat itupun diterrima dan dibukanya yang isinya Pangeran Benowo diminta pulang dahulu, yang pertama, oleh karena kakaknya telah merasa rindu, sedang yang kedua apa kehendak Pangeran Benowo, kakaknya (Kanjeng Panembahan) akan menyerah dan mau melakukannya.
4
 
 

Sesuai membaca surat itu Pangeran Benowo memberikan perintah kepada bentara utusan Kanjeng Panembahan. Katanya " aku tidak mau pulang ke negeri". Jika kakanda tuanmu mempunyai kehendak apapun, aku hanya mewakilkan diri kepada si Bahu saja. Kakanda tidak usah membuat surat lagi. Bentara itu berkata mengiakan. Kyai Bahu lalu dibawakan kepada mereka.

Pangeran Benowo kemudian bertempat tinggal di gunung Kukulan. Selang beberapa hari kemudian Pangeran Benowo pergi dari gunung Kukulan itu ke arah utara, mencair tempat yang baik berada di pinggir sungai (di lereng gunung Sindoro – Sumbing) Pangeran Benowo bermaksud bertempat tinggal di tempat itu bersama ketiga orang abdinya. Tidak lama antaranya banyak orang berdatangan mengahdap kepadanya. Mereka bermaksud ikut membuka tanah dan membuat tempat kediaman serta masuk menjadi muridnya. Tempat itu akhirnya menjadi desa yang diberi nama Parakan.

" margi katah tiang ingkan sami ateng umarok ing Kanjeng Pageran" oleh karena banyak orang-orang sama datang dan menghadap Kanjeng Pangeran.

Kyai Bahu pulang ke Mataram, dia menerima perintah Kanjeng Panembahan agar usahanya membuka tanah dan membuat tempat pemukiman di Kendal diwujudkan menjadi negeri. Sedang pengahsilan negeri itu diserakan kepada Pangeran Benowo. Disamping itu Pangeran Benowo dijunjung derajatnya dengan diberi nama Susuhunan Parakan, sedang Kyai Bahu diberi nama kehormatan Kyai Hangabehi Bahurekso (yang ada di lereng gunung Kendalisodo dengan sebutan Kyai Singoyudo). Yang sekarang berada di desa Bergas Kec. Klepu Kab. Semarang.    




5
 
 

ASAL MULA KEPERGIAN SIMBAH KYAI PARAK
(PANGERAN BENOWO)

Setelah Sultan Pajang Hadiwidjojo meninggal, para putera Sentana dan para Bupati, Sunan Kudus dan Senopati berkumpul di Istana. Mereka membicarakan siapa yang akan menjadi Sultan Pajang yang baru, Sunan Kudus bertanya kepada para Bupati, mereka menjawab, Sultan Pajang yang baru itu seyogyanya Pangeran Benowo "sebab puniko putro jaler, serto sampun wjibipun" artinya oleh karena Pangeran Benowo ini purta laki-laki Sultan Pajang yang telah meninggal dan menurut hukum memang sudah menjadi orang yang berhak atas tahta kerajaan. Namun Sunan Kudus menolak dan mengajukan Adipati Demak sebagai Pengganti Sultan Pajang Hadiwidjojo. Oleh karena sekalipun Adipati Demak putra menantu, namun masih sama-sama keturunan raja. Disamping itu istri Adipati Demak itu putra Sultan Pajang Hadiwidjojo yang paling tua. Pangeran Benowo hendaknya menjadi Adipati di daerah Jipang.

Pada waktu itu Senopati mau menyambung mengemukakan pendapatnya, namun dicegah Kyai Jurmertani. Senopati akhirnya diam. Kehendak Sunan Kudus menjadi kenyataan.

Pangeran Benowo berada di Jipang dengan perasaan terpaksa "sarta banget sakit penggalihipun" serta merasa sangat sakit hatinya. Senopati pulang kembali ke Mataram. Kyai Jurumartani selalu memberian nasehat kepada senopati.  Katanya "Ananda, janganlah engkau banyak suka mencampuri urusan perebutan kenikmatan duniawi antara Pangeran Benowo dan Adipati Demak, oleh karena mereka sama-sama saudara sendiri.

Sekalipun mereka sampai berperang, biarkan saja. Lebih baik engkau bersedekah dan mengabdikan Al Marhum, agar engkau mendapatkan sawabnya.
6
 
 

Setelah semakin lama semakin ramai maka, datanglah seorang pemuda dari Surakarta yang masih terhitung keponakan Pangeran Benowo, yaitu Raden Ahmad. Beliau bertempat tinggal di dalam lingkungan beteng keraton dan pernah menikah dengan putri bangsa sayid (syarifah) serta termasuk orang yang dekat kepada raja. Kemudian Pangeran Benowo mengangkat Raden Ahmad sebagai menantu untuk membantu tugas beliau menyebarkan agama dan mendidik masyarakat Parakan dan sekitarnya. Pada akhirnya Pangeran Benowo wafat Raden Ahmad kemudian menggantikannya sebagai sesepuh daerah Parakan. Dan kemudian terkenal sebagai ulama yang mustajab doanya. Bahkan dikisahkan dalam urusah karomahnya beliau tidak kalah dari Pangeran Benowo. Raden Ahmad ini kemudian dimakamkan di sebelah timur makam Pangeran Benowo (Simbah Kyai Parak Awal) dan terkenal dengan panggilan Simbah Kyai Parak Tsani. Makam Simbah Kyai Parak Awal ini berada tepat di sebelah barat Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing. Dan makam Kyai Parak Tsani berada di sebelah timur pondok Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 







7
 
 

SEJARAH BAMBU RUNCING

Pada tanggal 8 dan 14 Agustus 1945 tentara sekutu melancarkan serangan hebat, menjatuhkan bom Atom ke tengah kota Herosima dan Nagasaki. Ribuan penduduk menjadi korban. Dan tidak terhitung betapa besar kerugian yang diderita Jepang akibat serangan tersebut. Tidak hanya sampai disitu kehancuran kota industri ini, masih ditambah dengan kekalahan-kekalahan pasukanya dikawasan Asia Tenggara. Hal ini mengakibatkan dampak negative dalam bidang perekonomian Negara. Mau tidak mau Jepang harus bertekuk lutut, menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Berita kekalahan Jepang disiarkan ke seluruh dunia, baik dengan media elektronik maupun media cetak. Dan akhirnya berit itu sampai juga ke telinga pemimpin-pemimpin kita yang berada di Jakarta. Dengan tekat bulat, serta atas dukungan penuh dari rakyat Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan (memproklamasikan) kemerdekaan bagi negara Indonesia. Dan ini merupakan babak awal perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Yakni menyatakan kemerdekaannya, yang berarti telah lahir sebuah negara yang berdaulat.

Secara yuridis kemerdekaan memang telah kita capai. Tetapi rasa tenteram dan damai sebaaimana layajnya suatu bangsa yang merdeka belum sepenuhnya kita dapatkan. Sebab masih banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi. Khususnya ganjalan dari Negara-negara Imperialis yang ingin kembali mencengkeram bumi Indonesia yang subur dan gemah ripah. Akibatnya reaksi keras dari rakyat Indonesiapun timbul, hingga terjadi pertempuran-pertempuran hebat diberbagai wilayah. Semboyan "merdeka atau mati" bergema diseluruh persada Bumi pertiwi, yang tentu saja meminta konsekuensi korban yang tidak sedikit.

8
 
Dalam masa-masa mempertahankan proklamasi kemerdekaan banyak hal yang perlu dicatat. Meskipun dalam kenyataan Jepang telah menyerah, tetapi pasukan-pasukanya masih banyak bercokol di berbagai tempat di wilayah Negara kita. Keengganan mereka untuk segera angkat kaki dari bumi Indonesia minimbulkan kebencian yang berlebihan dihati rakyat. Maka timbullah insiden-insiden kecil yang banyak membawa korban. Yakni dengan gugurnya pemuda-pemuda Indonesia.

Salah satu contoh gerakan massa untuk mempertahankan kemerdekaan adalah di Kecamatan Parakan. Perlawanan dilakukan oleh para Ulama' dan pemuda-pemuda Muslim yang tergabung dalam organisasi Barisan Muslim Temanggung (BMT). Mereka mengorbankan api perjuangan melawan penjajah dengan senjata "Bambu Rincing".

Barangkali tidak berlebihan jika prakarsa pembuatan Bambu Runcing yang terkenal ampuh ini adalah  dari Ulama yang cukup terkenal pada waktu itu. Yakni Bpk. KR. Sumomihardho. Karena itu peranan para Ulama Parakan tidak dapat dilepaskan dari pembahasan dan uraian yang termaktub dalam buku ini.

Rounded Rectangle: يأتى على الناس زمان لا يبالى المرء ما اخذ منه امن الحلال ام من الحرام.
Akan tiba bagi manusia suatu massa yang mana seseorang sudah tidak memperdulikan lagi harta yang diambil, adalah harta itu bersumber dari jalan halah atau haram
9
 
 

















PERANAN ULAMA PARAKAN

Sejak pertengahan tahun 1944 sudah nampak tanda-tanda Jepang akan kalah perang. Disegala sector pertempuran, baik laut, darat maupun udara, "Saudar Tua" (Jepang) dihancurkan pasukan sekutu. Belum lagi ganjalan berupa perlawanan sengit dari rakyat di Negara-negara yang diduduki, seperti Indonesia, Pilipina, Burma dan lainnya. Dalam keadaan yang sangat terdesak ini, Jepang melakukan berbagai tindakan. Diantaranya mengambil hati rakyat dengan janji pemberian kemerdekaan, melatih kebaikan yang dijanjikan tetap tidak dapat menghapus maksud jahat Jepang yang terkenal sangat kejam itu.

Tahun 1945 tanda-tanda kehancuran Jepang telah mulai tampak. Tetapi Jepang tidak mau langsung menyerah. Akhirnya sekutu, yang dalam hal ini Amerika Serikat, nampaknya sudah tidak sabar lagi. Peperangan yang sempat menyengsarakan jutaan umat manusia harus segera diakhiri. Ketika itu kondisi negeri Matahari Terbit memang berada dalam titik terendah. Ekonomi hancur, kekuatan militernya remuk dan mental rakyatnya sudah mulai rapuh. Kesempatan emas ini dipergunakan oleh Amireka.

Dengan pertimbangan yang masak, maka pada tanggal 8 dan 14 Agustus 1945 dua kota industri terkemuka di Jepang dihancurkan. Hirosima dan Nagasaki dibom Atom oleh tentara sekutu. Ribuan penduduk mati menjadi korban, dan dua kota tersebut tinggal puing-puing. Kerugian materi tak terhitung lagi, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Jepang kecuali menyerahkan semua Negara jajahannya, termasuk Indonesia. Dan berita menyerahnya Jepang tersebut mulai tersebar ke seantero dunia.

10
 
Khusus di Indonesia, tentara Jepang brusaha sekuat tenaga agar berita penyerahan tidak terdengar oleh telinga pemimpin-pemimpin dan rakyat Indonesia. Namun usaha itu sia-sia belaka. Para pemuda denan berbagai cara akhirnya mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu. Kemudian pada akhirnya para pemuda meminta kapada Bung Karno dan Bung Hatta untuk memproklamasikan secepat-cepatnya. Maka dengan ridlo Allah Subhanahu Wata'ala pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan dikumandangkan di jalan Pegangsaan Timur Jakarta. Sejak saat itulah Negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat mulai menunjukan eksistensinya kepada dunia.

Akan tetapi rasa tenteram dan damai sebagaimana layaknya bangsa yang telah merdeka belum didapat secara penuh. Sebab rintangan dan tantangan maish banyak menghadang, terutama dari pihak tentara penjajah yang hendak menguasai dan menjajah kembali negara Indonesia.

Kaum imperalis dan kolonialis mulai menguasai lagi Negara kita untuk dihisap habis-habisan. Mereka dengan congkak menginjak-injak hak dan kehormatan bangsa yang nyata-nyata telah merdeka. Tentu saja penghinaan ini tidak bisa kita terima begitu saja. Akibatnya banyak terjadi pertempuran. Bersamaan dengan banyaknya para syuhada' yang berjatuhan gugur di medan perang, maka semboyan Merdeka atau mati terus bergema di seluruh Nusantara. Yakni dalam upaya mempertahankan kemerdekaan yang telah disepakati dan dicapai oleh seluruh rakyat Indonesia dengan pertumpahan darah.

Penjajah yang tetap ingin bercokol di bumi pertiwi tercinta ini adalah Jepang dan Belanda yang hadir dengan membonceng sekutu. Keengganan mereka angkat kaki dari Negara kita ini membuat benci dikalangan rakyat. Maka di sana-sini terjadi beberapa insiden sebagai upaya perlawanan rakyat terhadap penjajah. Salah satu gerakan massa yang patut diperhatikan pada saat itu adalah gerakan perjuangan masyarakat di Kecamatan Parakan. Yakni suatu gerakan massa yang disponsori oleh para Ulama dan para pemuda muslim yang tergabung dalam organisasi Barisan Muslim Temanggung (BMT)

11
 
Dengan melalui organisasi ini penyepuhan (pemberian mantera lewat do'a kepada Allah SWT) terhadap Bambu Runcing muali dikembangkan. Penyepuhan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memberi bekal semangat perjuangan pada masyarakat sekitar Parakan, tetapi kemudian berkembang menjadi suatu perjuangan yang mempunyai scupe Nasional. Yang pertama kali mengadakan penyepuhan itu adalah Kyai dari Parakan sendiri. Yakni Bapak Kyai R. Sumomihardho, yang dibantu oleh para Kyai lain yang cukup terkenal, seperti Kyai Subchi, KH. Nawawi, KH. Abu Amar, K. Ali dan KH. Abdurrahman.

Dan kelahiran perjuangan bamboo runcing Parakan ini tidak dapat dilepaskan dari peristiwa pencegatan bala tentara Jepang di Wilayah Kecamatan Parakan, yang di kemudian hari terkenal dengan peristiwa Batu Loyo.






















12
 
 



PERISTIWA PERTAMA "BATU LOYO"
(MAKAM BATU LOYO)

Waktu itu tahun 1945. di kawasan daerah Jawa Tengah, kota Temanggung tempatnya, masih terdapat banyak sisa-sisa bala tentara Dai Nippon, yang berjumlah tidak kurang dari satu pleton lengkap dengan persenjataannya. Mereka membuat markas di tiga tempat, yaitu di alun-alun Mungseng, di gudang seng dan Banyutarung. Sebagaimana telah diuraikan di atas, keberadaan mereka ini telah banyak mengobarkan rasa benci di hati sanubari masyarakat dan penduduk setempat. Maka kemudian secara diam-diam disusun pasukan gerilya, dengan maksud menggempur dan menlenyapkan mereka dari bumi Indonesia yang telah merdeka ini, khususnya dari daereh Temanggung.

Kesempatan yang telah lama ditunggu-tunggu rakyat nampaknya mulai tiba. Tatkala pemuda-pemuda Temanggung memperoleh informasi, bahwa sembilan orang serdadu Jepang akan melakukan perjalanan menuju Ngadirejo, maka dengan cepat beberapa pemuda yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR) mencegat mereka dan mengadakan serangan pada saat serdadu itu lengah. Tepatnya ketika sembilan orang serdadu itu telah memasuki wilayah kota Parakan, maka serangan mendadak segera dia lancarkan. Tiga orang serdadu Jepang tewas, sedang sisanya berhasil menyelamatkan diri, naik ke gunung Sindoro. Ketiga serdadu yang tewas tersebut dikuburkan di tempat itu juga, yang kemudian sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Makam Batu Loyo Setono (Setono-kere) yang kini berada di depan Kantor Kecamatan Parakan.

ASAL MULA BAMBU RUNCING

13
 
Bapak Kyai R. Sumomihardho, yang nama kecilnya Abu Hasan R. Gunardho, mula-mula menyuruh H. Abdurahman bin Subchi, yang terkenal pula denan nama H. Baghowi, memanggilpemuda-pemuda desa Parakan Kauman. Yakni Ikhsan, dan Abu Dzar, Sunaryo dan Suroyo. Kemudian kedua pasang pemuda ini diperintahkan mencari bamboo "wulung" untuk dibuat bamboo runcing. Setelah didapatkan dari Prawirorejo DUkuh Jetis Parakan, maka bamboo tersebut ditebang tepat pada waktu matahari mulai agak condong kebarat. Tepatnya pada hari Selasa Kliwon jam 12.00 WIB bulan Oktoyber 1945, saat bedug Dhuhur mulai berbunyi. Kemudian dibawa langsung ke rumah KH. Sumomihardho untuk diberi do'a atau disepuh, agar ada tuahnya yang kemudian dapat dijadikan senjata untuk melawan musuh.

Bebrapa hari kemudian datang Abu Yazid. Kemudian diperintahkan pula agar mengajak teman-temannya mencarikan bamboo untuk diberi do'a. sementara bagi pemilik bamboo runcing ada persyaratan. Yakni jika Bambu Runcing itu telah diberi do'a atau disepuh, maka tidak boleh dilangkahi. Sebab sangat berbahaya.

Pada hari Selasa Wage pemuda-pemuda Parakan Kauman sowan minta ijazah do'a dan gemblengan. Maka didawuhi seperti tersebut di atas, yakni agar supaya pada hari Selasa Kliwon datang dengan membawa bamb runcing. Maka pada hari Selasa Kliwon yang telah ditentukan pemuda-pemuda tersebut menghadap dengan membawa bamboo runcing ke ruah kediaman KR. Sumomihardho, di Kauman Parakan untuk minta disepuh / diberi do'a.

Pemuda-pemuda itu diantaranya adalah :
1.   
  1. Nurdin
  2. Supri
  3. Suharto
  4. Subari
  5. Mat Bando'i
  6. Sunaryo
  7. Suroyo
Dan lain-lain.
 
Abu Yazid bin KH. Abdurrahman
2.    Anwari
3.    Chawari
4.    Isma'il
5.    Ichsan
6.    Abu Dzar
7.    Istakhori
8.    Jamil
9.   
Istachori Syam'ani (51 Th) kini pegawai Kanwil Depag. Jateng di Semarang. Ia salah seorang yang pertama menerima Bambu Runcing dari KR. Sumomihardho. Sekaligus juga yang menerima ijazah menyepuh Bambu Runcing
 
Nur Salim
14
 
 

Istachori ini pemuda yang pertama kali dipanggil masuk kedalam kamar, dan diberi nasehat serta wejangan. Karena dia satu-satunya pemuda yang hafal Al Qur'an.
Dari golongan tua diantaranya  :
H. Abdurrahman bin KH. Subchi
Mat Dayar
Sahid Baydhowi
H. Mukri / H. Samoun Bajangan
Harjo Jumali Bajangan    
    
Semua, baik pemuda maupun orang tua berjumlah kurang lebih 40 0rang. Kemudian datang juga pemuda dan orang-orang tua dari Kauman, Ngempon, Kentengsari, Jogomertan, Coyudan, Jetis, Salaman dan sekitar Parakan membawa Bambu Runcing untuk minta disepuh. Pada hari Jum'at Kliwon berikutnya berdatangan pula orang-orang untuk meminta berkah dan penyepuhan bamboo runcing, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan orang. Bahkan pada hari Selasa KLiwon berikutnya sudah tidak dapat dihitung lagi mereka yang datang, baik siang maupun malam. Selain membawa Bambu Runcing, ada pula yang membawa tombak, lentes, keris dan senjata-senjata lain untuk mendapatkan berkah atau disepuh.













15
 
 

TERBENTUKNYA BARISAN BAMBU RUNCING
BARISAN MUSLIMIN TEMANGGUNG (BMT)

  1. H. Ridwan
  2. K. Ali
  3. K. Sya'ban
  4. K. Salim
  5. Sahid Baydhowi
 
Pada tanggal 27 November 1945 Magelang diduduki tentara sekutu Inggris Gurga dan Nica. Pemerintah Kabupaten Temanggung mengadakan rapat dengan Alim Ulama dan tokoh masyarakat Parakan di Pendopo Kawedanan Parakan. Pihak Pemda diwakili Patih Sutikwo dan dari partai Masyumi diwakili H. Sukirman, MIAI oleh KH. Siraj Payaman Magelang. Dalam pertemuan tersebut dibahas usaha dan pemikiran untuk mengajak membentuk pertahanan rakyat yang kuat, yang terdiri dari Alim Ulama dan rakyat. Ajakan itu sangat diperhatikan dan tanggapi secara serius oleh para Alim Ulama Parakan. Di antara yang hadir pada waktu itu ialah :
  1. KR. Sumomihardho
  2. KH. Subchi
  3. KH. Nawawi
  4. KH. Abdurrahman
  5. KH. Abu Amar
Dan dari tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

Kemudian para Alim Ulama, masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat mengadakan musyawarah lagi di rumah Mat Suwardi, Jalan Masjid Kauman Parakan dan beberapa pokok pikiran.
Di antaranya :
  1. Gerakan cucukan (Bambu Runcing) diberi nama organisasi pertahanan rakyat yang dinamakan, Barisan Bambu Runcing atau Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
  2. 16
     
    Dua gedung yang besar kepunyaan cina yang di belakangnya ada lapangan lebar dan luas, terletak di sebelah timur rumah K. Ali di Jalan Masjid Kauman yang dulunya dipakai mbah Moho (mbah Teguh) yang dalam keadaan kosong supaya ditembung untuk dipinjam demi kepentingan BMT / masyarakat. Kemudian dicari pemiliknya atau ahli warisnya. Ternyata sudah tidak ada di Parakan, semua sudah pindah ke Jakarta. Karena situasi yang kritis (dhorurot) orang-orang yang menyepuhkan Bambu Runcing banyak dan tempat sudah tidak  memadai akhirnya diputuskan bahwa bapak Sukarman Abdur Rohman selaku Kepala Desa Kauman Parakan dimohon agar berkenan bertanggungjawab dalam pemakaian tempat tersebut untuk penyepuhan.
  3. Kepada bapak KR. Sumomihardo dimohon agar supaya penyepuhan Bambu Runcing dipindahkan dari rumah kediamannya yang sudah tidak bisa menampung banyak orang ke rumah bah Teguh di jalan Masjid Kauman Parakan.
  4. Gedung itu diberi nama BMT {Barisan Muslim Temanggung}
  5. Untuk kelancaran tugas, BMT membentuk pengurus sebagai berikut :
 


                                                                                                                           


     




Bahrudin, kini pegawai KUA Parakan adalah salah seorang yang aktif dalam BMT. Juga yang melapor kepada Bupati Temanggung tentang dibentuknya BMT bersama KH. Nawawi


Flowchart: Alternate Process: Dengan Api Semangat Bambu Runcing Parakan kita isi kemedekaan ini dengan karya-karya nyata melalui pembangunan bertahap berencana.
17
 
 










SUSUNAN PENGURUS
BARISAN MUSLIMIN TEMANGGUNG (BMT)

Pelindung                                : Bpk Patih Sutikno
                                                  (pemerintah Temanggung)
                                                  Bpk. Sastrodiprojo
                                                  (Wedono Parakan)
                                                  Bpk Mangunrejo
                                                  (Camat Parakan)
Penasehat                               : 1. KH. Subchi
                                                  2. KH. Abu Amar
                                                  3. KR. Sumomihardho
                                                  4. KH. Abdurrahman
                                                  5. KH. Nahrowi
                                                  6. K. Zainal Abidin CH
Ketua                                       : 1. KH. Nawawi
                                                  2. K. Ali
                                                  3. K. Muh. Sya'ban
Sekretaris                                : 1. Sukarman Abdurrahman
                                                  2. Badrudin
Bendahara                              : 1. H. Ridwan
                                                  2. Mad. Suwardi
                                                  3. H. Afandi
Pembantu                               : 1. Syahid Baydhowi
                                                  2. K. Kasful Anwar
                                                  3. K. Sayuti Thohir
                                                  4. Adham
Seksi Perlengkapan                : 1. Bpk. Sumarijo
                                                  2. Bpk. Wiryoari
                                                  3. Abdulloh (Dullah Gembel)
                                                  4. Bpk. Muh. Dayat
Keamanan                              : 1. Nur Afandi      
        (Anggota-anggotanya pemuda-pemuda Kauman)
                                                  2. H. Mukri
                                                  3. Jumali (dari Bajangan)
Penerangan                            : 1. Bpk. Syahid Baydhowi
                                                  2. Bpk. Sayuti Thohir
Bagian Organisasi                   : Bpk. Badrudin
18
 
 

PENYEPUHAN BAMBU RUNCING PINDAH
KE GEDUNG BMT JL. MASJID KAUMAN PARAKAN

Kegiatan penyepuhan yang semula di kediaman KR. Sumomihardho tidak lagi dapat menampung orang-orang yang sowan meminta barokah penyepuhan Bambu Runcing. Kemudian dipindahkan ke gedung BMT. Ternyata dengan pemindahan kegiatan ke tempat baru tersebut pengikut semakin melimpah. Tidak saja dari Kabupaten Temanggung, melainkan datang dari daerah sekitar. Jumlahnya sudah sukar untuk dihitung, banyak sekali. Mengingat banyaknya para tamu yang tidak mungkin bisa dilayani sendirian, maka Bapak KR. Sumomihardho mengadakan pertemuan (musyawarah) dengan para Kyai di rumah Bapak KH. Abdurrahman Karangtengah Parakan. Yang hadir adalah para Kyai yang berilmu hikmah, diantaranya : KH. Mandur dari Kauman Temangung, KH. Subchi, KH. Abdurroham, K. Ali dan KR. Sumomihardho sendiri.

Pertemuan para Kyai tersebut mengundangbanyak orang untuk turut mendengarkan dan mengerumunipara Kyai, sehingga musyawarah diadakan dalam sebuah kamar. Pada musyawarah tersebut berhasil memutuskan :
  1. KH. Abdurrohamn memberi asma' nasi diberi gula pasir (nasi manis) untuk kekebalan.
  2. K. Ali memberi asma' air berani (banyu wani) untuk keberanian dan menghilangkan kecapaian.
  3. KH. Subchi memberi do'a :
بِسْمِ اللهِ بِعَوْنِ اللهِ 3×، الله ُيَا حَفِيْظُ 3×، اَلله ُاَكْـبَرُ 3×
(Bismillah hi bi 'Aunillah 3 X,  Allah ya Hafidhu 3 X, Allahu Akbar 3 X)
  1. KR. Sumomihardho seperti biasa menyepuh Bambu Runcing, memberikan petuah dan do'a-do'a dan sebagainya.
Begitulah putusan musyawarah yang merupakan pembagian kerja diantara para Kyai.






 
















inilah rumah KR. Sumomihardho tempat dimana Bambu Runcing pertama disepuh, separoh masih asli seperti semula, tetapi separoh lainnya sudah dirubah. Dua dua wanita mengapit Ny. Sumomihardho masih terhitung cucu dengan KH. Subchi yang menjadi menantu Kyai Sumomihardho (Foto : AB/R. 30)

Orang-orang yang datang kegedung BMT menyepuhkan Bambu Runcing pergi ke KH. Abdurrahman meminta nasi manis, kemudian pergi ke K. Ali meminta air wan, kemudian ke KH. Subchi meminta do'a. Begitulah kesibukan perjalanan para pendatang. Tugas-tugas semakin banyak dan mendesak, dan akhirnya dapat diselesaikan juga berkat pembagian tugas tersebut. Perkembangan penyepuhan semakin ramai, tugas-tugas semakin banyak, persoalan-persoalanpun semakin banyak dan beragam.
Fahrurrozi salah seorang yang mendapat ijazah (mandate) untuk menyepuh Bambu Runcing. Dalam usianya 53 tahun sekarang ini ia bekerja sebagai pegawai KUA Kecamatan Parakan
 
 











Itulah yang menjadi dasar para pengurus BMT kembali mengadakan musyawarah yang memutuskan :
  1. KH. Abdurrahman mengasma'I nasi manis di rumah kediamannya. Setelah selesai nasi manis dibawa di gedung BMT untuk diberikan kepada para pendatang.
  2. K. Ali begitu juga mengasma'I air wani di rumah kediamannya kemudian air wani tersebut setelah diberi asma' dibawa ke gedung BMT untuk dibagikan.
  3. KH. Subchi datang ke gedung BMT memberikan do'a dan wejangan, terus kemudian memimpin mereka berdo'a bersam hingga sampai masuk ke rung penyepuhan.
  4. KR. Sumomihardho di gedung BMT memberikan sepuhan Bambu Runcing dan lain-lain.

 



















21
 
Sumur yang terdapat dalam rumah Kyai Sumomihardho juga pernah diambil sebagi "air wani" kini sumur itu berada dalam rumah yang asli dan dihuni oleh kelurga Drs. Sofiyudin. (Foto : AB/R.30)
  1. K. Ali dan KH. Nawawi menghadap ke KH. Siradj Payaman Magelang dan ke KH. Dalhar Watucongol Muntilan guna minta berkah pangestu, KH. Siradj Payaman Magelang memberikan tambahan do'a setelah :
بِسْمِ اللهِ بِعَوْنِ اللهِ 3×، الله ُيَا حَفِيْظُ 3×، اَلله ُاَكْـبَرُ 3×
          Dengan bacaan :
إلهنا يا سيدنا أنت مولنا وانصرنا على القوم الكافرين 3×
(Ilahana ya syyidana anta maulan wanshurna alal qoumil kafirin 3X)
KH. Dalhar Watucongol memberikan do'a :
الله حفيظ قديم أزلى حى قيوم لاينام ولا يموت 3×
(Allahu hafidhun qodimun azaliyyun hayyun qoyyumun wala yamut 3 X) pagi dan sore.

Dengan demikian semakin banyak orang meminta berkah serta penyepuhan Bambu Runcing. Bahkan bukan saja untuk memerangi enjajahan Jepang, tetapi juga untuk memerangi hama tikus (berupa tusuk sate-sujen). Waktu itu tikus merajalela di persawahan sehingga sangat merugikan masyarakat, terutama para peani.

Tiap hari orang-orang yang datang meminata berkah penyepuhan bertambah-tambah juga. Untuk memperlancar kegiatan penyepuhan di gedung BMT itu, Bapak KR. Sumomihardho membentuk BADAL-BADAL (wakil-wakil) untuk membantu tugas penyepuhan Bambu Runcing. Mereka terdiri dari orang-orang yang hafidhul Qur'an. Mereka ialah Kyai Zaenal Abidin, Kyai Fahrur Rozi, Kyai Istakhori, Kyai Irjai. Ketiga Kyai yang disebut terakhir ini adalah hufadh kauman Parakan, murid Kyai Zainal Abidin.

22
 
Karena bertambah banyaknya orang-orang yang minta berkah, maka KR. Sumomihardho diminta agar memberikan ijazah kepada Kyai-Kyai yang ada untuk menambah badal-badal. Ijazah diberikan kepada K. Ali, K. ZUhdi, K. Suyuti Thohir, K. Mad. Suwardi, KH. Nawawi dan KH. Muntaha Ch. Sedang KR. Sumomihardho hanya menangani gemblengan penyapuhan senjata api, mitraliur, meriam, kendaraan perang dan sejenisnya.

Tidak sedikit laskar pejuang terkenal datang di  Parakan meminta barokah. Seperti Jenderal Sudirman beserta divisinya, ketika menuju Palagan Ambarawa. Bahkan para pemimpin seperti Kol. Nasir dari  ALRI, K.Wahid Hasyim tokoh Masyumi waktu itu, Kyai Zainal Abidin tokoh Chisbullah, KH. Masykur pimpinan Sabilillah, Mr. Kasman Singadimejo jaksa agung waktu itu, Moh. Rum, Mr. Wongsonegara Gubernur Jateng waktu itu, Mr. Suyudi Residen Kedu waktu itu, KH. Anwar Cokro Aminoto, Ruslan Abdul Ghani dan masih banyak lagi.

Demikianlah ternyata barisan Bambu Runcing di Parakan turut menyumbang kekuatan mental spiritual disamping kekuatan yang bersifat fisik dalam menunjang keberhasilan perjuangan merebut kemerdekaan Negara Indonesia. Sumbangan tersebut punya andil besar, dan diakui oleh semua pihak. Sampai kapanpun semangat Bambu Runcing Parakan akan tetap hidup, tetap menyala menerangi perjuangan bangsa Indonesia menuju cita-cita luhur, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.












23
 
 

PRAKTEK PENYEPUHAN DI GEDUNG BMT

Pada setiap penyepuhan diadakan semacam acara resmi, bertempat  dii lapangan gedung BMT dengan urut-urutan sebagai berikut :
  1. Pembukaan : oleh Bpk Syahid Baydhowi
  2. Pembacaan Al Qur'an : oleh Sdr. Istakhori
  3. Mauidhoh / wejangan rohani : oleh KH. Subchi.

Dalam acara ini KH. Subchi membacakan do'a :
 














Gedung BMT yang pernah dibanjiri manusia dari segala penjuru tinggal sisa-sisanya saja. Pohon kelengkapannya kini masih ada, sebagian tanahnya sudah didirikan rumah. (foto : AB/R.30)

Diikuti oleh semua peserta sambil berbaris satu persatu menunu ke gedung penyepuhan dengan tak henti-hentinya membacanya.
Yang dituju oleh peserta adalah :
  1. meneju ke nasi manis yang telah diberi do'a oleh KH. Abdurrohaman, diberi satu sendok makan langsung disuruh makan.
  2. Menuju ke air yang telah diberi do'a oleh K. Ali diambilkan secangkir disuruh meminumnya.
  3. 24
     
    Menuju ke penyepuhan bamboo runcing, kenthes, sujen, pusaka-pusaka dan sebagainya. Setelah itu baru selesai.
 



















Di gudang tembakau inilah para pengunjung ditampung sebelum mendapat giliran untuk menyepuhkan Bambu Runcing (foto : AB/R.30)


Demikianlah proses penyepuhan dilakukan yang bermula karena rasa prihatin dari "kasihan" akan nasib pemuda-pemuda pejuang Kauman Parakan. Dari kegiatan iru sampai kemudian beribu-ribu orang dari berbagai penjuru tanah air, jawa, banyuwangi sampai dengan banten, bali dan madura. Kesemuanya itu atas kehendak Allah SWT. Datang ke Parakan.






25
 
 

CHISBULLAH PARAKAN KE PALAGAN AMBARAWA
SRONDOL – UNGARAN – SEMARANG

Pada sutau malam datang rombongan tentara dari Banyumas akan menyerbu Ambarawa. Karena malam hari tidak ada kegiatan menyepuh, sedangkan mereka minta agar senjata mereka disepuh, Bpk. KR. Sumomihardho. Utusan itu menyampaikan permintaan pera pejuang dari Banyumas untuk dapat disepuh malam itu juga. Bpk. Sumomihardho
dengan senang hati bersedia datang ke kantor BMT. Dari sana beliau menyuruh seorang penjaga untuk memberi khabar kepada Chisbullah Parakan yang baru dilatih cara menggunakan senjata api dan kemiliteran di Cibarusa Jawa Barat. Mereka adalah Zainudin dan Sulaiman Basyir. Tempat atau asrama Chisbullah berlatih di nadi, (tempat kegiatan pemuda waktu itu) di rumahnya Amir Basyar, sebelah selatan Langgar Wakaf Karang Tengah Parakan. Pemuda yang diutus tadi kemudian memberi tahu dan menawarkan siapa yang akan turut menyerbu Ambarawa bersama-sama tentara Banyumas. Ajakan itu tidak ada yang menanggapi, semua Chisbullah diam membisu. Tiba-tiba seorang pemuda bernama Ihsanmengangkat tangannya itnggi-tinggi, smbil menjawab singkat : "saya turut".

26
 
KH.Mandhur (92 th) dan istrinya (73 th) adalah pemimpin Chisbullah Karesidenan Kedu dan sekitarnya. Juga berperan aktif didalam perkembangan selanjutnya Bambu Runcing di luar Parakan. (foto : AB/R.30)
Jawaban Ihsan ternyata menggugah semua pemuda. Seluruhnya, kemudian menyatakan turut. Siang harinya, pemuda-pemuda Chisbullah Parakan berkumpul di gedung BMT, berbaris sangat rapi. Banyak para
Ichsan pemuda Kauman Parakan yang menyepuhkan Bambu Runcing dan yang pertama mengacungkan tangan di Nadi (asrama latihan kemiliteran) siap turut ke Palagan Ambarawa
 
ahli Parakan dan masyarakat hadir mengayubagyo penuh rasa bangga melepas para pemuda yang akan menuju Palagan Ambarawa. Anggota Chisbullah yang karena suatu hal tidak diijinkan pergi  oleh para sanak keluarganya menangis penuh rasa kecewa. Perlu dicatat para Chisbullah diantaranya adalah : Ihsan, Supri, Medan, Sairi, Turmudi, Sahli, Rachmat, Kusairi,Khaidhon, Abu Yahman, Abu Dzar, Yasin, Bodin, Yakub, Mat. Thohari, Basyar, Rum…… dan masih banyak lagi.



Sebelum berangkat mereka diwejang oleh KR. Sumomihardho, antara lain "Kita yakin dalam kebenaran membela tanah air akan mendapat pertolongan Allah. Datang kebenaran hilang kebatilan percaya pada diri sendiri penuh iman dan tawakal kepada Allah SWT".
"Perang ini suci, tida boleh "milik" (mengambil milik orang lain, mengambil barang yang bukan miliknya), kecuali sekedar untuk kekuatan makan. Kalau mengambil senjata atau peralatan perang musuh, diperbolahkan".

Setelah diwejang baru diberi do'a :
  1. Disuruh menghadap kearah barat, utara, timur, selatan dengan dua tangannya diletakan di tas kepala, tapak tangan menghadap ke atas dengan membaca "hatinya hizbul bahr".
  2. Diberi ijazah do'a. do'a ini dibaca kalau menghadapi musuh.
  3. 27
     
    Diberi kerikil untuk ketepel (mlintheng), sebagai peluru.
Pada waktu itu Chisbullah Parakan belum mempunyai senjata api kecuali Bambu Runcing, sedangkan tentara Banyumas sudah memiliki senjata api. Beditu juga TKR dan Bpk. Jendral Sudirman dengan anak buahnya waktu mau menyerang Ambarawa, juga kumpul di depan kantor BMT beserta seperangkat senjata dan kendaraan perang. Oleh Bpk. KR. Sumomihardho disepuh, diberi do'a dan dikelilingi (diubengi) dengan diiringi bacaan Allahu Akbar bersama-sama. Selesai pe,bacaan do'a, Chisbullah bersama-sama tentara Banyumas berangkat menuju Palagan Ambarawa, kemudian bermarkas di daerah Kecamatan Jambu.

























28
 
 

BERITA YANG MENGACAUKAN BMT

Pada suatu hari datang utusan dari pabrik gula Cepiring Weleri Kendal. Waktu itu pabrik gula tersebut membuat alat-alat perang berupa senjata tajam, seperti klewang, pedang, dan samurai. Utusan meminta agar para Kyai Parakan berkenan memberkahi pabrik tersebut agar selamat. Akhirnya Bpk. KR. Sumomihardho, KH. Subchi dan beberapa Kyai lainnya datang ke Cepiring untuk memberkahi pabrik tersebut. Pabrik dan senjatapun sudah diberkahi. Selasai memberkahi para Kyai Parakan diberi oleh-oleh sebagai hadiah kenang-kenangan berupa hasil pabrik, berupa pedang panjang (semacam samurai)

Saat para Kyai Parakan masih di Cepiring, belum kembali ke Parakan, terdengar berita bahwa Bpk. Patih Sutikwo diculik PKI di Sukorejo Kendal. Mendengar berita ini, pengurus dan segenap anggota BMT menjadi goncang, was-was jangan-jangan para Kyai yang ke Cepiring juga diculik. Kemudian BMT mengutus beberapa pengurus dan anggota yang gagah berani untuk menjeput ke Cepiring. Kepergian mereka menjemput para Kyai dinantikan dengan rasa khawatir, namun tetap percaya terhadap pertolongan Allah SWT. Alhamdulillah, saat yang dinanti tiba. Para Kyai beserta pengikut-pengikutnya pulang dengan selamat. Rasa syukur dilimpahkan kepada-Nya.












29
 
 

KEJADIAN-KEJADIAN PENTING
PADA MASA PERGERAKAN BAMBU RUNCING

Pada suatu siang yang sangat cerah datang utusan Bupati Wonosobo melalui Bupati Temanggung (pelindung BMT) meminta dengan sangat agar dirawuhi para Kyai Parakan dan dilakukan penyepuahan Bambu Runcing untuk para pemuda Wonosobo yang jumlahnya sangat banyak sekali. Berhubung pada waktu itu di Parakan sendiri banyak tamu yang tidak ada henti-hentinya minta barokah, dan tidak mungkin ditinggalkan, maka yang bisa hadir ke Wonosobo hanya KH. Subchi, K. Baydhowi dan beberapa badal. Demikian pula utusan dari Gubug Purwodadi dengan maksud yang sama , juga dari Pati. Yang hadir ke Gubug ialah KH. Nawawi atas nama sabilillah dan teman-temannya. Yang hadir ke Pati ialah KH. Subchi, K. Baydhowi dan Bpk. Sulaiman Basyir dari Chisbullah.

Pada waktu itu KR. Sumomihardho juga memberi ijazah penyepuhan Bambu Runcing kepada sebagian Ulama luar daerah Temanggung yang dipandang perlu dan mampu. Diantaranya : KH. Danusiri dari desa Jetis Susukan Salatiga, yang di bantu KH. Thoha, KH. Jumari, K. Ghomrowi di ijinkan menyepuh di daerahnya sebagai badal. Begitu juga KH. Muntaha Ch Kalibeber Mojotengah Kabupaten Wonosobo, K. Mukhlas Panggung Tegal Pekalongan, KH. Nawawi bin Abdullah Kajen Margoyoso Pati serta seorang Kyai dari daerah antara Banyumas – Cilacap.

30
 
Berita yang sangat menggembirakan yaitu Al Mukarom Romo KH. Hasyim Asy'ari, Tebuireng Jombang Jawa Timur, Rois Aam NU akan ngrawuhi di Parakan memberi wejangan kepada BMT. Pengurus BMT dan para Ulama segera mengadakan musyawarah. Hasil musyawarah yaitu jangan sampai Hadrotisy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari rawuh dulu ke Parakan, tetapi kita dulu yang sowan kepada beliau di Tebuireng Jombang. Maka yang menghadap sowan kesana adalah KH. Subchi, KH. Nawawi, K. Ali / K. Syahid Baydhowi. Mereka yang sowan kesana, ternyata didawuhi juga menyepuh Bambu Runcing oleh KH. Hasyim Asy'ari.
Penyepuhan dilakukan dengan tata cara seperti di Parakan. Sejak saat itu KH. Subchi dan Bambu Runcing Parakan mulai tersohor di Jawa Timur.

Setetlah kunjungan para Kyai Parakan ke Jombang, tidak berapa lama datang rombongan pemuda pejuang (Chisbullah) Jombang ke Parakan memakai pakaian serba hitam, peci hitam. Tamu-tamu terhormat kemudian datang ke Parakan. Bpk. KH. Saifudin Zuhri datang bersama BpkMr. Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah waktu itu. Beliau ditemui ketua BMT KH. Nawawi. Pengurus dan Ulama lainnya tidak dapat menemui karena kesibukan menerima tamu yang banyak sekali.

Keharuman Parakan, dengan sepuh Bambu Runcingnya, akhirnya tercium juga oleh penjajah yang merasa sangat sangat tidak senang dengan kegiatan tersebut, karena membahayakan kedudukannya. Maka mulailah mereka menyebar mata-mata. Untuk menjaga dari segala kemungkinan yang tidak diinginkan, pengurus BMT mengeluarkan ketentuan siapapun yang akan bertemu atau rombongan penting yang akan masuk ke BMT, harus mendaftar terlebih dahulu. Hubungan antara BMT dengan kepolisian Parakan waktu itu sangat erat.

Kembali kepada kedua tamu di atas, yaitu Bpk. Saifudin Zuhridan Bpk. Wongsonegoro. Setelah ditemui di kantor BMTyang selalu ramai, beliau kemudian diantar ke rumah KH. Subchioleh KH. Nawawi, K, Ali dan KH. Mandhur yang pada waktu itu ketua sabilillah Karesidenan Kedu.

31
 
Tidak beberapa lama datang juga KH. Wahid Hasyim yang diantar KH. Saifudin Zuhri, KH. Masykur(ketua pusat Sabilillah waktu itu) dan KH. Zaenal Arifin (ketua Chisbullah waktu itu). Para tamu diantar KH. Nawawi ke rumah KH. Subchi. Dalam hal ini Bpk. KH. Saifudin Zuhri menyampaikan maksud kedatangan beliau-beliau. Mendengar maksud mereka, KH. Subchi tidak kuasa menahan rasa haru. Beliau menangis tersedu-sedu sambil berkata dalam bahasa jawa : "Kenging menopo panjenengan kok mboten sowan lan nyuwun dating KH. Siradj Payaman Utawi Sowan KH. Dalhar Watucongol . panjenenganipun kekalih meniko Ulama'ipun Gusti Allah".

 



















1.     Muka pakai serban baju hitam KH. Dalhar Watucongol Muntilan
2.     Pakai serban baju hitam KH. Siradj Payaman Magelang (MIAI halaman 20)

Tidak pelak lagi KH. Subchi dan Bambu Runcing Parakan bertambah tersohor keseluruh tanah air, sampai-sampai datang seorang wartawan dari Amerika.

Rounded Rectangle: النـاس كلــهم نـيام  ÷  واذا ماتـوا انتـــــبهوا
Manusia semuanya tidur dan setelah mati barulah mereka sadar   





32
 
 

SEKILAS KEGIATAN ULAMA DAN SUASANA KOTA
PARAKAN PADA MASA BAMBU RUNCING

Tidak terhitung lagi banyaknya orang-orang yang datang ke Parakan siang malam, pagi sore berbondong-bondong tanpa henti-hentinya bagaikan barisan semut. Mulai dari stasiun, karena waktu itu diadakan kereta istimewa sampai Jetis, jembatan Galeh sampai jembatan Brangkongan, penuh pemuda beriringan memanggul Bambu Runcing, kelewang, sujen, dan botol-botol tempat air. Kereta api memuat penumpang bergelantungan samoai di atas atap. Dari stasiun para pemuda dengan beratur berbaris empat-empat menuju gedung BMT. Tidak sedikit rombongan yang berjalan kaki dari jalan Kedu, jalan Bulu, jalan Wonosobo, jalan Ngadirejo, semuanya menuju satu tujuan yaitu gedung BMT Kauman Parakan, tempat menyepuh Bambu Runcing.

Masyarakat dan rakyat Parakan menyambut mereka dengan sangat ramah dan penuh suka cita. Mereka tak ubahnya saudara mereka sendiri. Pada saat seperti ini banyak orang yang memberikan kemudahan kepada pengunjung, yaitu dengan menjual berbagai dagangan, seperti makanan dan minuman juga Bambu Runcing, kenthes, angklek keris, botol, tambang, dan tutup botol. Bila ada rombongan datang sore atau malam hari, selain menawarkan dagangan juga menawarkan penginapan secara rombongan. Sebab tidak semua rombongan sudah komplit peralatannya. Ada yang sudah membawa perlengkapan dari rumah seperti Bambu Runcing, botol dan lainnya, tetapi tidak sedikit yang datang "wong-wong thok" (tidak membawa perlengkapan apa-apa).

33
 
Para penjaja barang-barang ini berjajar memenuhi jalan menuju Masjid Kauman dan gedung BMT. Bambu Runcing dan kenthes kabanyakan dari "pring gading" (bambu kuning) yang sering juga dibuat gagang sapu. Penjual sepatu juga ada, kebanyakan ukurannya besar sebab sepatu rampasan dari Belanda, disamping pedagang rokok. Yang mengesankan pedagang rokok pada waktu itu tidak pernah lupa menjual rokok cerutu "raksasa" panjang rokok ini sampai 1.5 m.
Pada siang hari muali jam 8.00 sampai jam 16.00 di jalan Kauman gedung BMT dipenuhi orang, terdengar sangat ramai dengan suara memanjatkan do'a bersama :
بِسْمِ اللهِ بِعَوْنِ اللهِ ٣×
الله ُيَا حَفِيْظُ       ٣×
اَلله ُاَكْـبَرُ         ٣×
إلهنا يا سيدنا أنت مولنا وانصرنا على القوم الكافرين ٣×
Diantara rombonganpun terjadi kesibukan berbeda-beda. Ada yang akan mencari masjid, mencari warung, mencari penginapan, ada yang langsung mendaftar ke kantor BMT dan ada juga yang langsung menyepuhkan. Untuk menampung pendatang malam hari, tidak sedikit rumah-rumah pribadi dijadikan penginapan sementara, seperti di Mekkah pada musim haji. Soal dimana tidurnya tidak masalah. Asal ada dipan bahkan dengan menggelar tikar lantaipun mereka tidur pulas. Langgar dan masjidpun selalu penuh.

  Pada malam hari masih ada kegiatan, yaitu kegiatan mujahadah, dipimpin K. Ali bagi orang-orang sabilillah. Tamu-tamu rombongan yang ingin mengikuti juga diizinkan. Mujahadah dilangsungkan tengah malam di masjid atau langgar (mushola), yaitu mandi di kolam masjid atau kolam langgar, nyilep (tenggelam) tujuh kali di dalam air dengan membaca surat Al-An'am dan membaca takbir. Kemanan sangat diperhatikan. Di gedung BMT, Polisi BMT selalu siap siaga mondar-mandir membawa pedang samurai penuh kewaspadaan. Yang banyak dikenal diantara para Polisi BMT adalah H. Sampun (H. Mukri) Bajangan bersama adiknya Jumali. Mereka aktif menjaga keamanan bersama-sama para pemuda Kauman di bawah pimpinan Nurdin (Nur Affandi).

Adapun para Ulama lain yang tergabung dalam kegiatan BMT,  yaitu :
  1. 34
     
    Bpk. KH. Abdul Hamid Kalinongko (yang sekarang tinggal di Banjar Agung Kajoran Magelang sebagai seorang Ulama yang gemar membangun masjid dan ziarah kubur) sering membawa dan mendorong jamaah dari luar Parakan untuk menyepuhakan dan minta barokah kepada para penyepuh Bambu Runcing. Beliau pada waktu itu lebih dikenal sebagai penggerak massa. Beliau masih ada hubungan famili dengan Bpk. KR. Sumomihardho. (lihat fato halaman depan).
  2. Bpk. Sulaiman (Jetis Parakan). Pada waktu itu ikut andil mengatur barang-barang pusaka yang akan disepuh oleh Bpk. KR. Sumomihardho.
  3. Bpk. Isro'I Wongsomunadi dan Bpk. Syahid Baydhowi yang ikut sibuk mengatur para tamu yang hendak digembleng / diberi do'a khusus oleh Bpk. KR. Sumomihardho.

Di dalam kantor Sdr. Badrudin sibuk melayani telpon yang menghubungkan dengan kantor Polisi dan Djawatan Kereta Api (DKA).




Rounded Rectangle: من ترك ولده جاهلا كان كل ذنب عمله عليه
Barang siapa meninggalkan anaknya dengan masa bodoh, maka setiap perbuatan dosa anaknya orang tuanya bertanggung jawab juga di akhirat
35
 
 
















PERKEMBANGAN BMT

Merupakan Sunatullah, apa yang terjadi di dunia ada masa kejayaan dan ada kalanya datang masa suram. Demikian pula perkembangan BMT. Ketika seluruh rakyat berjuang mempertahankan kemerdekaan, BMT mengalami kejayaan. Anggota BMT dikenal sebagai pejuang gigih, gagah berani dan bermental baja. Hamper dalam semua sector pertempuran pasukan Bambu Runcing berada di garis depan. Demikian halnya dengan para Kyai. Mereka tidak hanya memberi do'a, berada di garis belakang membakar semangat di balik layer, tetapi turut aktif terjun di medan laga. Berkat perjuangan suci tanpa pamrih pribadi, atas rahmat Allah SWT, Alhamdulillah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tersebut berhasil gemilang. Bekas bekas penjajah dan antek-anteknya yang ingin kembali mencengkeramkan kuku penjajahannya dibumi pertiwi, ingin menghisap kekayaan Nusantara, dapat dipukul mundur. Bersamaan dengan menggelegarnya pekik "Merdeka atau Mati" lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup di telapak kaki penjajah.

Negara kesatuan Replublik Indonesia yang merdeka dan berdaulat tetap tegak berdiri, terhormat diantara Negara-negara merdeka di belahan dunia. Kemerdekaan yang direbut melalui perjuangan panjang, dengan korban jiwa raga, harta dan air mata tetap dimiliki bangsa Indonesia. Sejak saat itulah perjuangan dialihkan dari mempertahankan kemerdekaan menjadi perjuangan mengisi kemerdekaan. Para pemuda anggota BMT dan para Kyai kembali ke pkerjaan semula. Kembali kepada pekerjaan sesuai panggilan jiwa dan kepandaian masing-masing, jihad mengajarkan syariat agama sebagai missi Allah. Dan bukan lagi memnggul senjata, tatapi membuka lembaran-lembaran halaman kitab-kitab agama. Dengan demikian kegiatan BMT dapat dikatakan berhenti. Berhenti yang tidak pernah bubar dan tidak ada selesainya.



36
 
 

KR. SUMOMIHARDHO MENINGGAL DUNIA

Setelah BMT berhenti, tidak selang beberapa lama KR. Sumomihardho meninggal dunia. Yakni hari Rabu Kliwon, tahun 1946 di rumah kediamannya, kampong Parak, Kauman Parakan.

Riwayat hidup singkat beliau :
1.    Nama kecil                      : R. Gunardho / Abu Hasan
2.    Nama sepuh                  : KR. Sumomihardho
3.    Tempat dan tahun        
Kelahiran                                    : Kauman Magelang, 1881
4.    Orang tua                        : Anak kandung KR.MH. Kholill Penghulu
Ny. Sumomihardho (62 Th) kini masih tampak sehat. Masih ingat zaman Bambu Runcing
 
Bupati Magelang bin R. Aryo Atmodipuro / KR. Idris Adjung Penghulu Bupati Magelang bin R. Tumenggung Wiryodiningrat binti Sampean dalem Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono II. Atau KH. MH. Kholill bin KR. MH. Idris bin K. Abdul Jalil bin Behi Balqis Lindung / K. Nido Muhammad, Pare Bengkal, bin R. Ayu Puspowijaya binti R. AYu Behi MH. Sholeh, bin Pangeran Behi RM. Sandiyo, K. MH. Ihsan alias mbah Behi Nur Iman, Melangi Yogyakarta bin Prabu Mangkurat Paku Buwono II Kartasura, bin Pangeran Puger, Paku Buwono I Kartasura bin Sultan AGung (Ratu Mataram) bin Sultan Agung Hanyakrokusumo (Ratu Mataram).
5.    Pendidikan Akhir           : Tamat HIS di Magelang.
Pondok Pesantren Punduh Magelang.
Dan di berbagai Pesantren di Jawa Timur dan Cirebon.
                 
                       
37
 
 

Semasa hidupnya beliau pernah beristri 3 orang. Yang pertama R. Khidijah, adak kandung KH.R. Amar bin KR. Mursyid Penghulu Parakan. Dari istri pertama ini beliau memperoleh dua orang putridan satu orang putra, yaitu Ny. Zubaidah, Ny. Muawanah dan Fatchullah. Setelah istri pertama meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1922 dan dimakamkan di Parakan, beliau beristri Ny. Aminah binti K. Darwis (janda H. Afandi) Kauman Parakan. Dari istri yang kedua lahir seorang putri, yaitu Mariyatul Qibtiyah dan seorang putra, yakni Masyudi. Beberapa tahun kemudian istri kedua inipun meninggal dunia, yaitu pada tanggal 14 September 1936. Jenazah dimakamkan di makam Gandik Parakan. Kemudian beliau menikah lagi dengan Ny. Mahwiyah binti K. Bahrun dari Kauman Parakan. Dari istri terakhir ini lahir dua putra dan seorang putrid. Mereka adalah Muahiminan Gunardho (penyusun risalah ini), Drs. Sofiyudin Gunardho dan Al-Marhumah Munawaroh yang dimakamkan di pekaman Kyai Parak Tsani (sebelah timur)

Dibidang karir organisasi Bpk. KR. Sumomihardho pernah menjabat ketua Serikat Islam di Parakan. Waktu itu pernah diadakan konggres di rumah Bpk. Abdul Kadir Parakan. Pada konggres ini, beliau yang memimpin bersama Bpk. Cokroaminoto. Beliau juga pernah menjadi sekretaris Nahdlotul Ulama yang pertama di Parakan. Beliau merupakan yang pertama memberi latihan / kursus pidato (sesorah), sinoman, pasrah pengantin dan menerima pengantin adat Jawa. Karir terakhir adalah sebagai penyepuh Bambu Runcing, penggemblengan dan sesepuh desa Kauman Parakan.

38
 
KR. Sumomihardho menutup usia pada tahun 1946, dalam usia 65 tahun, yakni pada hari Rabu Kliwon jam 07.00 di tempat kediamannya. Beliau meninggalkan istri dan putra-putranya "menghadap Allah" dengan tiada menderita sakit sebelumnya. Kemudian beliau dimakamkan di pemakaman Kyai Parak Tsani / Kyai Parak II di sebelah timurnya. Dengan demikian telah hilanglah seorang Ulama, telah gugur Kusuma Negara yang telah banyak menyumbangkan Dharma bakti, tenaga dan pikiran dalam usaha membentuk pribadi yang kuat, mental baja, di samping kekuatan fisik yang menunjang roda sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Beliau dipanggil ke rahmatullah tanpa menderita suatu penyakit apapun.

Semoga Allah SWT melapangkan tempat persemayamannya sesuai dengan amal bhakti yang baik, sebagai seorang putra pertiwi tersebut, serta memberikan surga (ampunan dosa) yang telah dijanjikan-Nya, sesuai dengan amal yang diperbuat semasa hidupnya. Amien Ya Rabbal 'Alamien.


























39
 
 

KH. ABDURRAHMAN MENINGGAL DUNIA

Tidak lama setelah KR. Sumomihardho pulang ke rahmatullah. KH. Abdurrahman menyusul. Yaitu pada hari besar Islam Idul Adha tahun 1947 M. beliau meninggal dunia di rumah kediamannya Karang Tengah Parkan, dimakamkan di makam Sekuncen Parakan.

K. Salim bin KH. Abdurrahman kakak dari K. Abu Jazid
 
K. Abu Jazid adalah putra KH. Abdurrahman yang memberikan nasi ,anis "sego legi" dalam oeriode BMT.
 
 


















Riwayat hidup singkat beliau sebagai berikut :
  1. Nama kecil                : Masjud
  2. Nama sepuh             : Prawirodimejo
  3. Nama haji                 : H. Abdurrahman
  4. Orangtua                   : Beliau putra kandung H. Nur Karang Tengah
  5. Pendidikan               : Pondok Pesantre "SOMOLANGU" Kebumen
  6. Pekerjaan                  : Tani
  7. Amaliyah                   : a. Guru ngaji / Kyai di rumahnya, sampai
 akhir hayatnya.
40
 
b. Penasihat BMT.
c. Penyepuh (nasi manis) dalam kegiatan sepuh Bambu Runcing.
  1. Putra-putra                : Tiga laki-laki, yaitu : Sanusi, Salim dan Abu
Yazid dan empat perempuan yaitu : Salamah, Fitriyah, Fakriyah dan Mutmainah.

Penasehat BMT yang telah mengabdikan diri dalam pergerakan Bambu Runcing Parakan, untuk bangsa dan agama serta kepentingan Negara berdasarkan keikhlasan mencari ridha Allah telah tiada. Semoga amalnya dierima di sisi Allah dan dimasukkan hamba Allah yang Shaleh, ditempatkan di dalam Surga sebagaimana janji-Nya. Amien.























41
 
 

PEMBERONTAKAN PKI MAHMUD
BELANDA MASUK PARAKAN

Setelah BMT berhenti, tiga belas bulan kemudian, tepatnya tanggal 28 September 1948, meletus pemberontakan PKI dipimpin oleh Mahmud. Kota Parakan dikepung disteling, terutama daerah Kauman dan sekitarnya. Tiap lingkungan, pertigaan, perempatan, kampong, dan gang dijaga ketat siang malam. Pra penjaga semua bersenjata. Penduduk sama sekali tidak tahu apa maksudnya. Waktu itu ketua Chisbullah K. Sya'ban sedang Konferesi di Temanggung. Pusat kegiatan tentara PKI Mahmud atau asaramnya di Kauman Parakan jalan masjid, tepat di muka asarama Chisbullah. Tentara PKI Mahmud juga menempati asrama di pabrik pari kepunyaan mbah Gombol Parakan Wetan. Sedangkan Mahmud menetap di jalan Ngadirejo dekat perempatan Kauman (rumah mbah Eko) sekarang.

42
 
Mahmud dan anak buahnya diusir oleh tentara RI bantuan dari Yogyakarta. Mereka lari ke utara kejurusan gunung Sindoro. Akhirnya dalam pengejaran Mahmud tertembak di desa Cemoro Muntung Ngadirejo. Tujuh hari kemudian, tepatnya pada tahun 1948, hari selasa jam 14.00, Belanda kembali masuk kota Parakan dengan melewati jalan sebalah timur kota, yaitu melalui desa Salaman. Tentara Belanda masuk kota melalui jalan kampung dengan membunyikan senjatanya. Rakyat yang mengetahui kalau Belanda datang, maka semua masuk rumah dan menutup pintunya rapat-rapat. Dua tentara Belanda atau "anjing hitam" itu masuk ke kampong di belakang gedung BMT di Kauman,kemudian melihat seorang pemuda keluar dari rumahnya. Nama orang tersebut adalah Sairi. Dia langsung ditodong dengan senjata dan tak berkutik, kemudian disuruh menunjukan rumah KH. Subchi. Baru beberapa langkah dari tempat itu, tentara Belanda lalu mengetuk pintu rumah H. Abdurrahman. Melihat gelagat yang kurang menguntungkan itu, maka H. Abdurrahman dengan tidak sabar bermaksud melawan dengan tomabak yang telah siap dirangkanya. Pintu segera dibuka dan langsung melawan. Tetapi dengan naasnya H. Abdurrahman ditembak oleh tentara Belanda di belakangnya, mengenai bagian dada. Dia ditembak sebanyak tiga kali. Maka puaslah tentara Belanda itu. Dengan hati yang lega mereka menyangka bahwa yang mati tertembak tersebut adalah KH. Subchi. Padahal yang tertembak sebenarnya adalah putranya yang bernama H. Abdurrahman bin KH. Subchi.

Setelah tentara Belanda pergi, maka berdatanganlah orang-orang sekitar tetangga untuk mengurusi jenazah sampai ke makam penguburannya. Dan gugurlah seorang kusuma bangsa yang telah mengorbankan jiwanya demi mengabdi pada ibu peritwi, sebagai semangat imannya dalam membela bangsa dan tanah air Indonesia. Semoga Allah SWT menerima amal dan perbuatannya dan dapat ditempatkan di sisi Allah dengan imbalan surga. Beliau merupakan seorang Syuhada' yang pertama sejak pergerakan Bambu Runcing dari Kauman Parakan Temanggung.


MENGUNGSI KE GUNUNG DAN DESA-DESA

Setelah jelas penjajah Belanda telah menduduki kota Parakan, dengan tentara-tentaranya yang keras, buas bagai anjing hitam dan tiada berperikemanusiaan, bahkan biadab seperti binatang. Segera menindas warga perkampungan dan mondar-mandir berpatroli di Kauman dan sekitarnya mencari KH. Subchi serta pemuda-pemuda Bambu Runcing, maka bersembunyilah para Kyai dan tokoh-tpkoh masyarakat. Yakni mengungsi satu demi satu dengan keluarganyakeluar dari kota Parakan.

43
 
Dengan kematian KH. Abdurrahman bin KH. Subchi yang tertembak itu, pihak Belanda mengira bahwa yang tertembak adalah KH. Subchi yang mereka cari. Meskipun demikian KH. Subchi, para Kyai dan tokoh masyarakat, terutama pengurus BMT dan pemuda-pemudanya, tetap siaga dan selalu waspada. Karena pada waktu ramainya penyepuhan Bambu Runcing sebagian dari mereka ada yang telah mengenal dan mengetahui beliau. Mereka sebagai spion atau intel Belanda yang datang ke Parakan. Yang sekarang sebagai militer Belanda dengan tanda anjing hitam dan anjing merah.
KH. SUBCHI KELUAR DARI PARAKAN
                       
Pertama ke Gondosuli melalui Wanutengah, disana ditunggu K. Ali setelah bertemu dan bergabung menuju ke Wunut Wonotirto di rumah Bpk. Mertodikromo. Namun kemudian pindah ke Krawitan Nglaruk Kecamatan Candiroto. Melalui sebelah barat Parakan ke Banaran, Nglamuk sampai ke Krawitan. Disana sudah banyak tentara kita (tentara RI). Belanda mengetahui hal itu, maka Belanda menembak dan menghujani tentara-tentara kita dengan mortar dari pesawat terbang.

Karena keadaan demikian KH. Subchi pindah ke desa Getas Sembir dan K. Ali ke Congkrang. Tidak lama kemudian KH. Subchi pindah ke desa Kalipahing Kecamatan Jumo di sana bertemu beberapa pengungsi dari Kauman Parakan, terasuk juga K. Ali. Selanjutnya semua mereka menetap di sana sampai keadaan aman. Di lain pihak KH. Nawawi mengungsi ke Kecamatan Bulu dan K. Sya'ban beserta sebagian tokoh masyarakat , seperti Bpk. Badrowi, Anwari, Abuari dan lain-lain ke desa Sejeruk Kecamatan Kalikajar Wonosobo.

PARA PENGUNGSI KEMBALI KE KOTA PARAKAN

Setelah keadaan aman dan Belanda pergi dari Parakan, maka para pengungsi kembali ke kota / ke rumah masing-masing dan kembali kepada tugas maupun pekerjaan semula sebelum mengungsi. KH. Nawawi kembali bertani sambil menjadi imam rawatib di Masjid Jami' Kauman Parakan pada hari-hari selain hari Jum'at (shalat Jum'at) Shalat Jum'at diimami oleh KH. Nawawi. Juga beliau K. Ali mengajar di rumah atau di Pesantrennya. Beliau juga menjadi Naib / Penghulu KUA Parakan.

K. Sya'ban yang mengajar ngaji di rumahnya (Jetis Kauman) akhirnya pindah ke Temanggung dan menjadi Kyai di sana. Sedangkan Kyai Zaenal Abidin tetap mengajar Al Qur'an bil Ghoib dan Bin Nadhar di Pondok Pesantren Al Qur'an kampung Parak Kauman Parakan.
44
 
 

KYAI ALI MENINGGAL DUNIA
   
K. Ali adalah Kyai yang alim. Beliau termasuk salah seorang tokoh Bambu Runcing. Pulang ke rahmatullah saat setelah selesainya pemilihan umum yang pertama tahun 1955.

Riwayat hidupnya ialah :
1.    Nama kecil                      : Ali    
2.    Putra kandung               : Masduqi
3.    Dilahirkan                       : Di Balaidono Purworejo
4.    Pendidikan                     : Pondok Pesantren Somolangu
Pondok Pesantren Watucongol
Paondok Pesantren Nglirap
Pondok Pesantren Termas
Pondok Pesantren Rembang.
5.    Pekerjaan                       : mengajar ngaji di rumah dan pesantrenya,
ketua KUA Parakan, Imam Rowatib Masjid Jami' Parakan, Pengurus syuriah NU Parakan, ketua II dan pemberi asma' air pada pergerakan BMT Bambu Runcing Parakan, pernah menjadi badan pengurus Masyumi dan Sabilillah.
6.    Putra-putranya               : Laki-laki tiga orang
1.    Mudhofar
2.    Ahmad Musyafa'
3.    Fauzan
Perempuan tujuh orang
1.    Suwaimah
2.    Zamrodah
3.    Jazimatul Qobli
4.    Afridatu Fiqriyah
5.    Azizatul Muizzah
6.    Ma'munatul Abadiyah
7.   
45
 
Basyirotul Muakhiroh
Beliau meninggal hari Sabtu Pon tanggal 22 Desmber 1956 di rumah kediamannya Parakan, setelah pemilihan umum ang pertama. Beliau dimakamkan di pemakaman Gandik Parakan. Semoga Allah menerima segala amal baiknya, sesuai dengan janji-Nya, dan Surga menjadi tempatnya.





























46
 
 

KH. SUBCHI MENINGGAL DUNIA
DAN RIWAYAT HIDUPNYA

  1. Nama kecil                            : Muhammad Benjin
  2. Putra kandung                     : KH. Harun Rosyid
  3. Dilahirkan                             : Di Kauman Parakan
  4. Nama tua                              : R. Sumo Wardoyo
  5. Nama haji                             : H. Subchi
  6. Cucu kandung dari             : KH. Abdul Wahab dari nyai Abdul
Wahab, tersebut adalah putra-putri dari Tumenggung Bupati Suroloyo Melangi Yogyakarta.
  1. Pendidikan                           : Mengaji di Pesantren desa
Sumolangu Kebumen
  1. Muamalah / Wiridan                        : tiap malam beliau membaca Al
Qur'an, mendapatkan satu juz, hingga satu bulan menghatamkan satu Al Qur'an.
Almarhum Romo KH. Subchi, Pahlawan Bambu Runcing di Parakan, Rohimahullah
 
47
 
 

















  1. Pekerjaan / Pengabdian    : Seorang petani yang rajin, seorang
yang jujur, pemberani dan disegani masyarakat serta taat mengamalkan syari'at Islam.
  1. Pada tahun 1911 pernah ikut konggres Serikat Islam di Parakan beserta kawan-kawannya, yang dihadiri oleh Bpk. HOS. Cokroaminoto.
  2. Beliau wafat pada tanggal 6 April 1959 (7 Syawal 1379) hari Kamis Legi dalam usia kurang lebih 109 tahun dan dimakamkan di SeSekuncen Parakan.

KELUARGA KANDUNG KH. SUBCHI
10. Abdurrahman
11. Alfiyah
12. Siti Maryam
13. Siti Bandiyah
 
 

  1. KH. Subchi
  2. Wongsodimejo
  3. Cokrowardoyo
  4. Kartowardoyo

Setelah istri pertama beliau pulang ke rahmatullah, maka KH. Subchi beristri lagi dengan seorang janda yang agak tua, dan mempunyai dua orang putra ialah :
  1. Bpk. Walimin atau KH. Nur Ngadirejo, ayah dari KH. Mubasyir, juga mertua dari K. Ali Parakan.
  2. Ny. Walimah (yang akhirnya dikawinkan dengan putranya dari istri pertama beliau, yaitu Bpk. Syadzali).
Dengan istri yang kedua ini beliau tidak mempunyai anak.

5.    Ibu Suwaidah
6.    Ibu Sofiyah
7.    Ibu Umi Kultsum
8.    Ibu Sulaiman
 
PUTRA-PUTRI KH. SUBCHI
  1. Ibu Waruyan
  2. Bpk. Zain
  3. H. Abdurrahman
  4. H. Syadzali


48
 
 

KH. NAWAWI MENINGGAL DUNIA

Beliau termasuk tokoh utama dari pergerakan Bambu Runcing di Parakan. Beliau wafat pada tahun 1968, tepatnay pada hari Sabtu Pahing. Damakamkan di pakuburan Sekuncen Parakan.

Riwayat hidupnya
1.    Nama kecil                      : Islam
2.    Nama tua                                    : Nawawi
3.    Lahir                                 : Di Kauman Parakan
4.    Nama Bapak                  : H. Ihsan
5.    Pendidikan                     : Pondok Pesantren Suropaten Bandongan
Magelang
Pondok Pesantren Punduh Tempuran Magelang.
6.    Pekerjaan                       : Tani, Dagang
7.    Kariernya                                    : Pernah menjabat ketua NU yang pertama
kali di Parakan.
Pengurus Madrasah Al Iman Parakan.
Anggota kesatuan / organisasi Sabilillah.
Ketua Barisan Muslimin Temanggung (BMT.
8.    Putra-putrinya                : 1. Wildani (putra)
2. Ilmiyah (putri)
3. Jaliyah (putri)
4. Bintiyah (putri)
5. Wastiyah (putri)

Wafatnya KH. Nawawi ini disusul dengan tokoh-tokoh Bambu Runcing lainnya. Diantaranya :

49
 
K. Zaenal Abidin, wafat di Bojongbata Pemalang. Disamping sebagai tokoh Bambu Runcing, beliau seorang Hafidhul Qur'an, guru Al Qur'an bil Ghoib / bin Nadhor, penasehat BMT dan beliau juga sebagai badal (pengganti) yang aktif menyepuh Bambu Runcing.
K. Ahmad Suwardi, wafat pada usia 78 tahun di Parakan dan dimakamkan di pakuburan SeSekuncen Parakan. Semasa hidupnya beliau adalah seorang tokoh pejuang yang tak pernah gentar.

Pengalaman hidup beliau : Aktifis pergerakan Bambu Runcing.
Pengurus organisasi Masyumi dan Sabilillah.

Semoga para tokoh yang telah mendahului kita berpulang ke rahmatullah, mendapatkan ridha Allah, diterima segala amal dan perjuangannya serta diterima disisi-Nya dimasukkan dalam surga jannatun na'im. Amien Ya Rabbal 'Alamien.

Kita sebagai generasi penerus perjuangan mereka semoga dapat mengambil suri tauladan dari perjuangan mereka yang tulus ikhlasli I'lai kalimatillahi hiyal 'ulya. Dan semoga semangat dan keteguhan jiwa mereka dapat kita contoh sebagai landasan untuk mengisi kemerdekaan Replublik Indonesia ini sebaik-baiknya.

Akhirnya, semoga kita senantiasa mendapatkan ridha , taufiq, hidayah serta perlindungan Allah SWT. Amien Ya Rabbal 'Alamien.














50
 
 

CATATAN PENTING PADA PERGERAKAN
BAMBU RUNCING
PARA PEMIMPIN YANG DATANG KE KOTA
PARAKAN

1.      Disaat pergerakan Bambu Runcing berlasung. Tentara divisi Soedirman dari Purwakarta yang sedang menuju Magelang – Ambarawa untuk menyerang sekutu di sana.
2.      Hilangnya Patih Sutikwo 7 Juli 1946 yang dipimpin oleh Cundoko RS, karena tidak senang dengan organisasi BMT.

Diantara tokoh-rokoh pemimpin yang datang ke Parakan yaitu :
1.    Wongsonegoro SH. (Gubernur Jawa Tengah)
2.    Sujudi SH. (Residen Kedu)
3.    Mr. Ksman Singodimejo (Jaksa Agung)
4.    Kolonel (Laut) M. Nasir (ALRI)
5.    KH. Wahid HAsyim
6.    Mr. Moh. Roem
7.    Usman Pujo Utomo
8.    KH. Masykur MT.
9.    KH. Zaenal Arifin
10. Anwar Cokroaminoto
11. Ruslan Abdulghoni, Sekjen Deppen bersama seorang wartawan Amerika.
12. Dan lain-lain.









KH. Abdul Hamid sedang menerima tamu.
 
 



















Dua putra dari Bpk. KR. Sumomihardho sedang berziarah di makamnya
1.     KH. Muahiminan Gunardho
2.     Drs. Sofiyudin Gunardho
 
 



















































SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING

I.      PERIODE PERINTISAN

Sebagai suatu lembaga berorientansi pada masalah  pada masalah social dan keagamaan, Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing mempunyai suatu cirri khas tersediri. Keadaan itu bermuara pada imege masyarakat yang terlanjur memberikan penilaian bahwa PP. Kyai Parak Bambu Runcing erat kaitannya dengan ilmu Hikmah kasekten, asma' dan beladirinya, sehingga dalam memberikan asumsinya tersebut masyarakat kurang memperhatikan faktor lain yang mendukung keberadaan pondok tersebut.

Keadaan semacam ini memang benar, karena faktor histerisnya yang kental. Sejarah membuktikan bahwa dengan daya linuwih yang ada pada Kyai, terutama dalam bidang beladiri dan penyepuhannya telah mampu menghantarkan nama KH. Muhaiminan Gunardho dan PP. Kyai Parak Bambu Runcing sejajar dengan pondok-pondok lain yang sudah terlabih dulu berdiri. KH. Muhaiminan Gunardho sebagai perintis dan pendiri mempunyai sejarah dan perjalanan hidup yang panjang dan berliku-liku  penuh dengan tantangan dan hambatan.

  1. Masa Kecil

54
 
Sebagai seorang anak yang lahir dan hidup di tengah keluarga yang Islami, maka dalam kesehariannya beliau senantiasa akrab dan lekat dengan pendidikan agama. Keadaan semacam ini memberikan suatu motivasi untuk senantiasa menekuni pelajaran baik yang diberikan di SR (Sekolah Rakyat) forfolak ataupun pelajaran yang didapatnya dari sekolah sore (Sekolah Diniyah). Di SR Parakan Kulon beliau tidak sampai tamat, karena pada saat itu terjadi clash I, sehingga dengan pertimbangan tertentu beliau melanjutkan ke SR di Mojosari Kec. Parakan Kab. Temanggung, sampai tamat.
Sebagai pencetus dan pengobar semangat Bambu Runcing ayah beliau K. Abu Hasan atau K. Sumomihardho banyak memberi warna pada sifat dan karakteristik beliau, terutama dalam bidang keberanian dan sikap kemandiriannya. Hal inilah yang mendorong beliau untuk senantiasa memperdalam ilmunya kemanapun sumber ilmu itu ada.

  1. Masa Pengembaraan Menuntut Ilmu

Menginjak usia remaja beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al Iman Magelang yang diasuh oleh Ustadz Saqaf Al Jufri pagi dan sore di bangku SMP Muhammdiyah Jambon Magelang yang masih menumpang di SD. Akan tetapi dengan berbagai pertimbangan dan keinginannya untuk mendalami ilmu agama, akhirnya dilepaskannya pendidikan umumnya dan kemudian melanjutkan ke Pesantren.

Seperti kebanyakan Ulama' / Kyai lainnya, beliau banyak menimba ilmu di berbagai pesantren ataupun nyantri kepada Ulama' besar lainnya. Pada mulanya beliau nyantri kepada Romo KH. Sirodj Payaman dengan gurunya KH. Muhlasin menantu KH. Sirodj, kemudian pindah ke Pondok Pesantren Watucongol Muntilan dan tidak terlalu lama beliau pindah ke Pondok Pesnatren Lasem tepatnya di Simbah KH. Baidhowi, kemudian pindah lagi ke Bendo Kediri, Tebuireng Jombang sampai terakhir di Pondok Dorosemo Surabaya.

Dalam pengembaraannya itulah mental dan pikiran beliau diasah dan digembeleng, sehingga pada gilirannya menimbulkan suatu sikap dan sifat yang senantiasa bersandar pada nilai-nilai yang berdasarkan wahyu Allah dan Rosul Nya. Dengan bekal ilmu yang dimilikinya maka beliau pada tahun + 1954 mengakhiri pengembaraannya dan pulang ke Parakan dalam rangka untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki.
  1. 55
     
    Masa Mengamalkan Dan Mengembangkan Ilmu
Sudah menjadi suatu kewajiban bagi setiap orang Islam untuk mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Dengan dasar itulah sepulang dari "nyantri" beliau langsung mengemban tugas untuk membuka pengajian yang dilaksanakan di rumah setiap ba'da Maghrib. Lama kelamaan banyak anak yang ingin mengaji, atas permintaan masyarakat waktu pengajianpun ditambah yaitu tiap ba'da Subuh dan Dhuhur.

Seiring dengan perjalanan sang waktu dari hari ke hari tempat pengajian beliau semakin kuncoro dan banyak dari luar daerah yang ingin mengaji. Tidak hanya dari lingkungan Kecamatan Parakan saja, akan tetapi dari seluruh Kabupaten Temanggung, Kendal, Magelang dan Wonosobo berminat ingin mengaji dan menetap disana. Memenuhi keinginan dari para santri tersebut maka disediakanlah sebuah tempat penginapan yang sederhana, bersebelahan dengan kamar beliau.
   
II.    PERIODE AWAL PERKEMBANGAN

Untuk meningkatkan keinginan pelayanannya kepada para santri yang ada, maka dengan keuletan dan ketabahan beliau dibelikannya sebidang tanah desa dibelakang rumahnya. Dengan sebidang tanah tersebut dibangunlah sebuah mushola dan pemondokan yang sangat sederhana.

56
 
Dalam masa perkembangan ini bersamaan dengan meletusnya Gerakan 30 September tahun 1965 PKI, sehingga pada waktu itu beliau yang juga aktif di Gerakan Pemuda Ansor Parakan banyak didatangi oleh para pemuda dari berbagai daerah untuk meminta do'a selamat, petuah dan bimbingan. Pada mulanya dengan rendah hati beliau agak keberatan menerima permintaan dari para pemuda tersebut. Akan tetapi berkat dorongan dan saran Ibunda Hj. Mahwiyah binti KH. Bahrun akhirnya permintaan para pemuda tersebut dipenuhinya. Menurut nasehat Ibunda bahwa seucap kata pada saat itu sangat penting dan besar artinya. Terutama dalam rangka meningkatjan dan memberikan motivasi untuk mempertahankan hak kemerdekaannya dari belenggu komunisme.

Sejak kejadian itulah beliau merasa prihatin dan harus mawas diri, karena keberadaan beliau walau muda usia tetapi sudah dituakan oleh tuntutan dan harapan masyarakat. Bermula dari rasa keprihatinan inilah timbul suatu gagasan dan pikiran untuk mengembangkan agama Islam lebih luas. Dengan demikian maka beliau dituntut untuk mengembangkan juga pesantrennya dan pengajian-pengajian yang diselenggarakannya. Keadaan ini membawa pada perkembangan berikutnya yaitu dengan dibangunnya pondok dengan ukuran 8 x 15 m sebagai perluasan dari pondok yang telah ada.

  1. Berkembangnya Jama'ah Thoreqoh.

Setelah terjadinya pemberontakan G. 30 S. PKI dengan fasilitas yang dimilikinya beliau membuka pengajian mingguan yang dilaksanakan tiap hari Selasa. Kenapa pengajian tersebut dilaksanakan tiap hari Selasa ? Menurut beliau dikarenakan Ulama' Parakan terdahulu senantiasa menggunakan hari Selasa sebagai hari untuk melaksanakan pengajian. Jadi dalam rangka meneruskan apa yang telah dilaksanakan Ulama' terdahulu.

Pada mulanya jama'ah pengajian hanya diikuti oleh 50 orang saja, diantaranya KH. Masykur, K. Dahlan, KH. Nur dan K. Toyib. Kemudian pengajian tersebut berkembang sedemikian pesatnya. Sehingga pada tahun 1969 datanglah seorang qori' yang terkenal juara I tingkat Nasional yaitu KH. Aziz Muslim dari Tegal yang disertai juga oleh K. Ilyas dari Balutan, Comal, Pemalang, kedatangan kedua orang tersebut membawa dampak semakin mengundang jama'ah yang luar biasa.

57
 
Selang beberapa minggu kemudian Bpk. KH. Muahaiminan dibaiat sebagai Kholifah Sughro Thoreqoh Naqsabandiyah Qodiriyah oleh Simbah KH. Mandur Temanggung. Dengan demikian disamping mengembangkan Thoreqoh Syadziliyah juga ikut mengembangkan Thoreqoh Naqsabandiyah Qodiriyah.

Perlu diketahui bahwa pembaiatan pertama kali sebagai jama'ah Thoreqoh Syadziliyah dilakukan oleh Simbah KH. Dalhar Watucongol Muntilan. Dalam masa selanjutnya Simbah KH. Abdul Hamid dari Kajoran Magelang sowan ke KH. Mustaqim Kauman Tulungagung, kemudian beliau diserahi tugas untuk mengembangkan Thoreqoh Syadziliyah tersebut. Akan tetapi karena usia beliau sudah udzur, maka oleh KH. Abdul Hamid tugas tersebut diserahkan kepada KH. Muhaiminan dengan persetujuan KH. Mustaqim. Penyerahan tugas tersebut dilaksanakan pada hari Rabu Kliwon pada tahun 1970 an bertempat di Parakan, yang juga disaksikan oleh para tamu undangan.

Oleh KH. Muhaiminan hari Rabu Kliwon ini dijadikan hari yang monumental dan bersejarah, sehingga setiap kegiatan Thoreqoh Syadziliyah baik pembaiatan ataupun pengajian selalu dilaksanakan pada hari Rabu Kliwon.

Dengan penyerahan tugas dari KH. Mustaqim lewat KH. Abdul Hamid sekaligus merupakan pengangkatan KH. Muhaiminan sebagai Kholifah Kubro (Mursyid) Thoreqoh Syadziliyah. Dengan demikian beliau disamping sebagai Kholifah Thoreqoh Naqsabandiyah Qodiriyah juga sebagai Kholifah Thoreqoh Syadziliyah.

  1. Faktor Berkembang Dan Keberhasilan Thoreqoh 

58
 
Dengan dua tugas yang diembannya tersebut, KH. Muhaiminan dituntut untuk mampu mengembangkan kedua aliran Thoreqoh tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya dalam rangka untuk menambah kemantapan, beliau dipanggil oleh Simbah KH. Ma'sum Lasem (ayahanda KH. Ali Ma'sum) untuk menghadapnya di Lasem. Dari Simbah KH. Ma'sum beliau mendapat ijazah Jami'ul Kutub, di samping itu beliau juga disuruh membaca satu kuras kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Ghozali di hadapan para Kyai Lasem.

Kemudian dari Bapak KH. Baidhowi Lasem beliau diberi amalan sebagai Mursyid, mentarbiyah murid dan cara-cara mengembangkan Thoreqoh Syadziliyah beserta matan silsilahnya yaitu mulai dari KH. Muahaiminan sampai kepada Rosulullah SAW. Demikian pula KH. Idris Plumbon Kab. Temanggung memberikan ijazah Thoreqoh Syadziliyah kepada beliau yang berasal dari Simbah KH. Siradj Payaman.

Berkat bimbingan dan penyerahan tugas serta tanggung jawab lewat ijazah maupun baiat, dalam waktu yang relatif singkat beliau berhasil mengembangkan Thoreqoh Syadziliyah ke seluruh pelosok pulau Jawa sampai ke Madura dan bahkan ada yang dari Aceh. Salah satu faktor penunjang keberhasilan pengembangan Thoreqoh Syadziliyah adalah :

1.     berkembangnya faham atau kepercayaan bahwa orang yang masuk pada Thoreqoh telah terpilih di Lauhil Mahfudh.
2.     Jama'ah Thoreqoh Syadziliyah amalan-amalannya mudah, dan tidak akan mengakibatkan jadzab / gila.
3.     Semua ratu wali sesudah Imam Abu Hasan As Syadziliyah menggunakan atau mengikuti Thoreqoh Syadziliyah. (berdasarkan kitab Mafakhirul Aliyah)

Dengan berkembang dan suburnya Thoreqoh yang dipimpin beliau, membawa dampak positif bagi Pondok Pesantren. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya santri yang datang untuk menimba ilmu kepada beliau. Keadaan ini membawa pada konsekwensi untuk meningkatkan fasilitas dan kapasitas pondok.
59
 
         
III.   PERIODE KEDUA (PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PONDOK)

Dengan semakin banyaknya santri yang datang, menuntut suatu usaha menampung para santri tersebut. Untuk memperluas gedung pondok terbentur pada sempitnya lahan yang ada. Karena sekitar rumah beliau sudah padat dengan pemukiman penduduk. Salah satu alternatif adalah mengembangkan kebagian belakang rumah tinggal, akan tetapi melihat kenyataan bahwa tanah itu dikuasai Negara untuk gedung Sekolah PGAN dan balai pertemuan desa, maka alternatif tersebut sulit untuk dicapai.

Maka pada tahun 1980, beliau mencari alternatif lain yaitu membeli tanah di Dusun Sepikul kec. Kedu (kurang lebih 2 km dari rumah beliau) untuk dijadikan Pondok Pesantren. Pada tahun itu juga pembangunan awal dimulai dengan memmasang pondasinya. Akan tetapi pembangunan itu berhenti karena berbagai hal. Akhirnya pada suatu saat, beliau memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah Al Mukaromah, kejadian ini berlangsung pada tahun 1983.

HIDAYAH DAN RAHMAT ALLAH ITU DATANG

Sepulang beliau dan istri menunaikan ibadah haji, beliau merencanakan untuk memboyong santri-santri putrinya ke lokasi yang baru. Akan tetapi manusia berencana, Allah yang menentukan. Demikian pula apa yang dialami beliau. Ketika itu, pada hari Jum'at Wage tahun 1983, Bupati baru Temanggung, Drs. Sri Subagiyo mengadakan safari keliling dan berjama'ah Sholat Jum'at di Masjid Al Barokah Kauman Parakan, kebetulan yang menjadi Khotib adalah beliau.

60
 
Usai melaksanakan Sholat Jum'at, Bupati berkenan sowan kepada Bapak KH. Muhaiminan dan diiringi oleh segenap keluarga dan jama'ah pengajian. Dalam kesempatan tersebut bapak Bupati menyempatkan diri untuk berramah-tamah dengan para jama'ah dan sekaligus memperkenalkan diri selaku Bupati baru beserta anggota DPR Bpk. Thohir Az Zaini dari fraksi PPP. Melihat jama'ah yang berjubel dalam ruangan yang sempit Bapak Bupati terenyuh hatinya dan bergerak untuk mencarikan tempat yang dapat digunakan untuk memperluas bangunan pondok.
Rasa syukur dan gembira menyelimuti seluruh kerabat keluarga Kyai dan para santrinya, tatkala beberapa hari kemudian bapak Bupati mengirimkan surat kepada bapak KH. Muhaiminan yang berisi tentang pemberian tanah Negara bekas gedung Sekolah PGAN, yang berada dibelakang rumah beliau dan sebagai hak guna bangunan. Pucuk dicinta Ulam tiba, begitulah apa yang telah diimpikan sejak bupati Drs. Maschun Sofwan SH. telah terealisir berkat rahmat dan hidayah Allah SWT.

Akhirnya dengan tanah yang luasnya 8 x 60 m. tersebut, dibangunlah bangunan yang digunakan untuk memperluas bangunan pondok yang sudah ada. Dan ditempuhlah langkah-langkah yang bertujuan untuk menata pondok terutama dalam bidang administrasi dan manajemen. Dengan langkah-langkah yang ditempuh tersebut akan mampu mendorong terciptanya suasana pondok yang tertib, terkoordinir dan senantiasa dinamis mengikuti ritme dan perkembangan masyarakat.
  
IV.  PERIODE TERBENTUKNYA YAYASAN

Dalam rangka merealisir usaha-usaha untuk menciptakan suasana pondok yang tertib, terkoordinir dan dinamis, maka diselenggarakanlah musyawarah keluarga yang bertujuan untuk merintis diadakannya suatu yayasan Pondok Pesantren. Dengan adanya yayasan diharapkan tercapai hal-hal berikut ini :
1.    Dapat menjadi suatu wahana estafet kepemimpinan didalam mengembangkan pondok.
2.   
61
 
Dapat lebih membuka partisipasi pihak lain, terutama dalam ikut membantu finansial dan pikiran dalam mengembangkan potensi yang yang dimiliki pondok.
3.    mampu menjadi wahana untuk berkumpulnya keluarga.

Dalam musyawarah tersebut diputuskan untuk membentuk suatu kepanitiaan yang bertugas mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan pendirian yayasan. Akhirnya dengan panitia yang teridri dari KH.Drs. Slamet Iskandar, Drs. Indro Suyitno dan Drs.A. Rifa'i Aziz berhasil merumuskan anggaran dasar tentang yayasan yang akan dibentuk. Hasil rumusan tersebut kemudian diserahkan kepada Kantor Departemen Agama Temanggung, kemudian dimintakan persetujuan Bupati Temanggung lewat Kantor Sosial Temanggung.

Setelah mendapatkan saran dan petunjuk dari Bupati, maka para pengurus yayasan pada hari Senin 08 Juli 1985 menghadap kepada Notaris untuk mendapatkan pengesahan dan legalitas hukum. Notaris Ny. Elly Drajati Mulyono SH. akhirnya pengesahan Yayasan Pondok dengan nama "YAYASAN PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUINCING" atau YPPKP-BR dengan akta notaris nomer 7/8 Juli 1993 serta mengesahkan YPPKP-BR sebagai badan hukum yang sah. Dengan demimikian kedudukan, hak dan kewajiban Pondok Pesantren sudah kuat dan sah.

Dengan kedudukannya yang kuat diharapkan mampu mengembangkan, serta meningkatkan kualitas baik yang menyangkut pelayanan, metode pengajaran serta kemampuan dalam menambah potensi sumber daya insani para santri di bumi persada ini. Amien.









62
 
 

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah subhanahu Wata'ala Yang Maha Kuasa usaha menyusun kisah Kota Parakan, Bambu Runcing dan Perkembangan Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing dapat terwujud walaupun masih dalam bentuk yang sederhana.

Maksud dan tujuan penyusunan buku ini adalah untuk memberi informasi pada masyarakat mengenai cikal bakal kota Parakan dan kisah perjuangan Bambu Runcing yang ikut andil merebut kemerdekaan Republik Indonesia ,juga memberikan informasi mengenai sejarah berdirinya PP. Kyai Parak Bambu Runcing Parakan .
Sumber penyusunan buku ini kami peroleh dari catatan pengamatan dan pengalaman pribadi serta keterangan dari orang-orang yang ikut terlibat aktif dalam peristiwa  tersebut. 

Kemudian kepada para Kyai,sahabat,sanak famili,Dinas jawatan dan para pejabat tingkat Kabupaten,Kecamatan dan desa yang telah memberikan bantuan, nasihat, bimbingan , pengarahan serta saran-saran sehingga terbitnya buku ini , kami haturkan banyak terima kasih, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.

Sadar akan keterbatasan kami dalam menyusun buku ini dan masih banyak kekurangan di sana-sini, untuk itu kami mohon maaf. Dibalik keinginan untuk maju,segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati,demi penyempurnaan buku ini.
Akhirnya pada Allah jualah kami serahkan.
      
Parakan, Agustus 2007

Penyusun


KH. R. MUHAIMINAN G.




































DAFTAR ISI


Kata Pengantar …………………………………………………………. I
SEJARAH KOTA PARAKAN ……………………………………………. 1
-       Asalmula Kepergian Simbah Kyai Parak ……………………….. 6

SEJARAH BAMBU RUNCING …………………………………………            8
-       Peranan Ulama Parakan ………………………………………….   10
-       Peristiwa Pertama Batu loyo (Makam Bayu loyo) ………………. 13
-       Asal Mula Bambu Runcing …………………………………………            13
-       Terbentuknya Barisan Muslimin Temanggung (BMT) …………  16
-       Susunan Pengurus Barisan Muslimin Temanggung ………….  18
-       Penyepuhan Bambu Runcing Pindah ke Gedung BMT Jln.
Masjid Kauman Parakan ………………………………………….   19
-       Praktek Penyepuhan di Gedung BMT …………………………….            24
-       Chisbullah Parakan Ke Palagan Amabrawa,
Srondol – Ungaran – Semarang …………………………………   26
-       Berita Yang Mengacaukan BMT. …………………………………. 29
-       Kejadian-kejadian Penting Pada Masa Pergerakan Bambu
Runcing ……………………………………………………………..   30
-       Sekilas Kegiatan Ulama dan Suasana Kota Parakan
Pada Masa Bambu Runcing ……………………………………..    33
-       Perkembangan BMT ……………………………………………….   36
-       KR. Sumomihardho Meninggal Dunia …………………………..  37
-       KH. Abdurrahman Meninggal Dunia …………………………….. 40
-       Pemberontakan PKI Mahmud Belanda Masuk Parakan ………  42
-       Mengungsi ke Gunung dan Desa-desa …………………………  43
-       KH. Subchi Keluar dari Parakan ………………………………….  44
-       Para Pengungsi Kembali ke Kota Parakan ……………………..   44
-       Kyai Ali Meninggal Dunia ………………………………………….. 45
-       KH. Subchi Meninggal Dunia dan Riwayat Hidupnya ………….            47
-       KH. Nawawi Meninggal Dunia ……………………………………. 49
-       Catatan Penting Pada Pergerakan Bambu Runcing Parakan ... 51
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING
-       Periode Perintisan ………………………………………………..     54
-       Periode Awal Perkembangan
-       Periode Kedua (Pembangunan dan Pengembangan) ………    60
-       Periode Terbentuknya Yayasan ………………………………….   61